Rahasia Si Cincin Saturnus

Baru-baru ini sekelompok peneliti berhasil mengukur kecerlangan dan temperatur cincin-cincin Saturnus secara lebih detil daripada sebelum-sebelumnya.

Fakta Tragis Laika, Anjing Pertama yang Mengelilingi Orbit Bumi

Kisah perjalanan Laika, anjing pertama yang mengelilingi orbit Bumi disebut-sebut sebagai salah satu momen hebat dalam sejarah manusia..

Penyebab Cacat Bola Mata pada Astronaut Terungkap

Setelah bertahun-tahun berspekulasi dan melakukan penelitian, peneliti akhirnya menemukan penyebab cacat bola mata yang diderita astronaut.

Hyper Starburs, Ledakan Bintang Luar Biasa Petunjuk Evolusi Alam Semesta

Bintang yang dihasilkan dari ledakan besar ini berada di tingkat sekitar 4.500 kali massa matahari, salah satu tingkat tertinggi yang pernah terlihat.

Bagaimana Perhitungan Tanggal Paskah dalam Kalender Yahudi?

Sistem kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan utama namun juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya.

Minggu, 15 Januari 2012

Hukum II Termodinamika dan Semesta Paralel

         Menurut Hukum II Termodinamika, reaksi fisis secara spontan hanya dapat berlangsung dari keadaan entropi rendah ke keadaan entropi tinggi, tidak mungkin sebaliknya. Jadi dalam sistem berskala besar (makro) jumlah entropi (kekacauan) akan bertambah seiring dengan pertambahan waktu. Mobil berkarat, rumah yang tidak terawat bobrok, gudang semakin berdebu, baju memudar dan lusuh, moral manusia makin melorot, dan lain-lain seiring dengan pertambahan waktu. Dalam skala ruang yang kecil mungkin saja terlihat kadar entropi yang justru berkurang, seperti pada kursi. Kayu yang "entropinya" tinggi (manfaat kurang) dibuat menjadi kursi yang entropinya lebih rendah. Ya, kelihatannya entropi berkurang, tapi itu dalam skala kecil. Dalam skala besar pohon-pohon ditebangi, hutan semakin sempit, fauna penghuni hutan tergusur, kadar CO2 bertambah sehingga terjadi pemanasan global. Jadi pada sistem makro entropi selalu bertambah, karena pertambahan entalpi selalu diiringi pertambahan entropi yang lebih besar.

          Menurut teori Big-Bang alam semesta yang tadinya penuh dengan chaos, entropi tinggi. Begitu jagat raya mengembang, suhu dan tekanan menurun dan tercipta partikel-partikel dasar yang mulai menyusun galaksi-galaksi. Hal ini berarti entropi berkurang (keteraturan bertambah). Jika jagat raya kita merupakan satu-satunya jagat raya, berarti sistem makro terbesar yang ada adalah jagat raya kita dan ini tentunya tidak sesuai dengan Hukum II Termodinamika, salah satu hukum tertinggi di alam.

          Ini bisa saja dibenarkan jika jagat raya  kita merupakan sistem lokal (kecil), namun ini juga berarti ada banyak jagat raya  yang menyusun “yang ada”. Untuk mendukung model ini maka kosmos “yang ada” tentulah memiliki dimensi geometri yang lebih besar dari 4.

          Kembali ke Hukum II Termodinamika, jika semesta  kita mengalami penurunan entropi,pada suatu saat, maka pada saat yang sama lebih banyak semesta  lain yang mengalami kenaikan entropi yang lebih besar daripada penurunan entropi di  kita. Karena  yang ada tentunya sangat banyak jumlahnya, maka kosmos terbesar mungkin berdimensi  5, 6, 7 atau lebih. Tapi apakah kosmos sebenarnya berbentuk 6,7, atau 11 dimensi pun tidaklah begitu penting jika pemahaman fisika kita belum sampai ke sana. Buat apa membuat model 100 dimensi jika kita belum mampu memahami fenomena dalam dimensi 100? Jadi kita cukup membuat model tersederhana yang paling mungkin untuk  mendapatkan hasil yang sesuai antara model dan pengamatan dan meramalkan gejala semesta. Saat ini, ditengah berkembangnya kosmologi modern, model 5 dimensi mungkin perlu ditinjau lebih jauh.

Sabtu, 14 Januari 2012

kalender hujan meteor 2012

sapa yang mau liat ujan meteor?? tentunya kalian mau semua kan?
tapi sobat astro udah pada tau belom kapan ujan meteornya dateng? kalo belom...ini kalender peringatan hujan meteor selama tahun  2012

1. Hujan meteor Quadrantids puncaknya terjadi pada 4 Januari. Jumlah meteor yang bisa disaksikan per jamnya adalah 120.

2. Hujan meteor Lirids puncaknya terjadi pada 22 April. Jumlah meteor yang bisa disaksikan adalah 20 per jam.

3. Hujan meteor Pi-Puppids puncaknya terjadi pada 23 April. Jumlah meteor yang dihasilkan bervariasi.

4. Hujan meteor Eta Aquarids puncaknya terjadi pada 6 Juni. Jumlah meteor yang dihasilkan 60 per jam.

5. Hujan meteor June Bootids puncaknya terjadi pada 27 Juni. Jumlah meteor yang dihasilkan bervariasi.

6. Hujan meteor S Delta Aquarids puncaknya terjadi pada 29 Juli. Jumlah meteor yang dihasilkan 20 per jam.

7. Hujan meteor Perseids puncaknya terjadi pada 12 Agustus. Jumlah meteor yang dihasilkan 90 per jam.

8. Hujan meteor Aurigids puncaknya terjadi pada 1 September. Jumlah meteor yang dihasilkan bervariasi.

9. Hujan meteor Draconids puncaknya terjadi pada 8 Oktober. Jumlah meteor yang dihasilkan bervariasi.

10. Hujan meteor Orionids puncaknya terjadi pada 21 Oktober. Jumlah meteor yang dihasilkan adalah 20 per jam.

11. Hujan meteor S Taurids puncaknya terjadi pada 5 November. Jumlah meteor yang dihasilkan 10 per jam.

12. Hujan Meteor N Taurids puncaknya terjadi pada 12 November. Jumlah meteor yang dihasilkan 15 per jam.

13. Hujan meteor Leonids puncaknya terjadi pada 17 November. Jumlah meteor yang dihasilkan 20 per jam.

14. Hujan meteor Alpha-Monocerotids puncaknya terjadi pada 21 November. Jumlah meteor yang dihasilkan bervariasi.

15. Hujan meteor Dec Phoenicids puncaknya terjadi pada 6 Desember. Jumlah meteor yang dihasilkan bervariasi.

16. Hujan meteor Puppid/Velid puncaknya terjadi pada 6 Desember. Jumlah meteor yang dihasilkan 10 per jam.

17. Hujan meteor Geminid puncaknya terjadi pada 14 Desember. Jumlah meteor yang dihasilkan 120 per jam.

18. Hujan meteor Ursids puncaknya terjadi pada 22 Desember. Jumlah meteor yang dihasilkan 10 per jam.

ini semua tanggal pucaknya doang..hehehe..selamat menonton meteor showernya guys

4 alasan menggugurkan apollo 18...

27 Desember 43 tahun silam, sebuah sejarah baru tercipta saat manusia mencatatkan diri lepas dari kungkungan gravitasi Bumi dan terbang mengelilingi Bulan untuk pertama kalinya. Itu dilakoni oleh James Lovell, Frank Borman dan William Anders, tiga astronot dalam misi Apollo 8. Meluncur dari landasan peluncuran 39 A di Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral, Florida (AS) pada 21 Desember untuk misi antariksa yang bertujuan menguji coba proses lepas dari gravitasi Bumi, terbang ke Bulan dan kembali lagi ke Bumi dengan selamat, mereka butuh enam hari untuk merampungkannya.

Kru Apollo 8

Borman terkena mabuk antariksa di sepanjang perjalanan. Ia muntah-muntah dan diare, sampai-sampai interior Apollo 8 terkotori karenanya. Namun selain itu tidak ada gangguan berarti. Pendaratan 27 Desember 1968 itu demikian fenomenal sehingga Lovell, Borman dan Anders lantas digelari Man of The Year oleh majalah TIME. Dengan rangkaian pembunuhan politis di AS, ketegangan menyusul aksi jalanan penuh kekerasan di AS dan Eropa, berkecamuknya Perang Vietnam serta invasi Uni Soviet ke Cekoslowakia dalam insiden Musim Semi di Praha membuat 1968 seakan hendak berlalu dengan suram. Sehingga bagi TIME Apollo 8 menerbitkan harapan di tengah kesuraman tersebut, karena mendemonstrasikan terbang ke Bulan dengan selamat adalah mungkin. Apollo 8 sekaligus menjadi batu pijakan pertama bagi pendaratan manusia di Bulan dalam setengah tahun berikutnya.
43 tahun kemudian, Apollo kembali bergema, namun kali ini hanya di layar perak. Pada 2 September 2011 sutradara Gonzalo Lopez-Gallego serta produser Timur Bekmambetov dan Ron Schmidt melansir film “Apollo 18″ di AS, Canada dan Inggris. Tawaran mereka sungguh menjanjikan di awal mula. Inilah film yang berkisah misi Apollo ke Bulan yang dirahasiakan dengan temuan-temuan mengejutkan yang membuat manusia tak pernah lagi mencoba mendarat di Bulan. Inilah film yang membuktikan keberadaan kehidupan cerdas luar Bumi (ekstraterestrial), yang bahkan hidup di lingkungan sekeras Bulan. Inilah film yang sejak awal menyatakan diri bukan produk imajinasi fiksi, namun benar-benar dikutip dari serangkaian rekaman video NASA dalam sejumlah misi pendaratan manusia di Bulan.
Namun ibarat pungguk merindukan Jupiter, apa yang dijanjikan jauh dari senyatanya. Kita takkan menemukan aksi menawan a la Ed Harris maupun jalinan ketegangan nan menekan nafas seperti dilakoni kuartet Tom Hanks, Bill Paxton, Gary Sinise dan Kevin Bacon dalam “Apollo 13″. “Apollo 18″ bukanlah film berkelas Oscar seperti halnya “Apollo 13″, meski “Apollo 18″ dirilis 16 tahun setelah pendahulunya, pada era dimana teknologi visual digital menjanjikan mampu menciptakan imajinasi apa saja yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Alur yang dicoba dibangun justru datar dan membosankan. Tak heran bila film ini dihujani kritikan pedas. Rotten Tomatoes misalnya, hanya memberikan nilai 23 %, sementara Metacritic menilai film ini hanya 24 dalam rentang skor antara 0 hingga 100. Secara umum film ini dikategorikan “tidak difavoritkan ditonton.” Meski secara finansial film ini dapat dianggap sukses. Dengan biaya pembuatan US $ 5 juta, dalam dua minggu pertama pasca peluncurannya “Apollo 18″ telah memberikan pemasukan hingga US $ 24 juta.
Alasan 1 : Tiada Getaran Peluncuran
Walaupun diklaim berbasis rekaman NASA, namun ada banyak hal yang membuat “Apollo 18″ patut diragukan. Dengan mengacu dokumen misi-misi Apollo lainnya, termasuk Apollo 8, kita mencatat ada sedikitnya empat hal meragukan. Yang pertama, terkait peluncuran. Film ini menyebutkan Apollo 18 diluncurkan pada suatu malam di bulan Desember 1974. Pada saat itu (pun hingga kini), misi antariksa berawak ke Bulan hanya bisa terselenggara seiring diciptakannya roket Saturnus 5. Ini adalah roket kolossal : ukuran dan kemampuannya sungguh luar biasa, bahkan untuk era sekarang.
Sebuah roket Saturnus 5 pada dasarnya adalah roket tiga tingkat dengan tinggi 102 meter alias hampir menyamai tinggi Monas, diameter 10 meter dan bobot totalnya 3.038 ton alias setara bobot 12 pesawat jumbo jet Boeing 747. Sebagai gambaran, tingkat pertama roket kolossal ini saja, yang dinamakan tingkat S-1C dan mencakup 75 % bobot total roket, masih lebih berat ketimbang pesawat ulang-alik dengan seluruh kelengkapannya (roket pendorong dan tanki bahan bakar). Untuk membuat bobot yang luar biasa ini lepas landas dari permukaan Bumi, lima mesin roket F-1 yang amat besar menyediakan daya dorong teramat kuat yakni sebesar 3.877 ton.

Struktur Saturnus 5
Disinilah masalahnya. Sebagian energi yang dilepaskan mesin roket F-1 dikonversi menjadi energi akustik. Sebanyak 0,01 hingga 0,1 % energi akustik kemudian ditransfer menjadi energi seismik khususnya dalam bentuk gelombang Rayleigh alias gelombang panjang yang merambat di kerak Bumi. Sehingga peluncuran misi antariksa berawak ke Bulan selalu diiringi dengan getaran gempa bumi artifisial dengan episentrum tepat di landasan peluncuran Kennedy Space Centre. Getaran tersebut begitu kuatnya sehingga bisa dideteksi instrumen seismograf di segenap penjuru benua Amerika. Ini membuat peluncuran roket Saturnus 5 tak bisa disembunyikan, meskipun roket diluncurkan di malam hari sekalipun. Getaran tersebut sekaligus menyajikan konfirmasi aktivitas peluncuran misi berawak ke Bulan melalui sumber yang bebas dari hegemoni kepentingan NASA pada khususnya maupun Amerika Serikat pada umumnya.
Catatan memperlihatkan getaran gempa dengan pola khas peluncuran roket Saturnus 5 terakhir kali terjadi pada 14 Mei 1973 seiring peluncuran laboratorium antariksa Skylab. Getaran yang sama sebelumnya tercatat pada 6 Desember 1972 bersamaan dengan peluncuran misi Apollo 17, misi antariksa berawak terakhir ke Bulan. Sejak 1973 tak ada lagi getaran akibat peluncuran roket raksasa sekelas Saturnus 5. Perkecualian pada 15 Juli 1975 saat roket Saturnus 1B yang lebih ringan dan hanya sanggup membawa muatan ke orbit rendah Bumi, diluncurkan dalam misi persahabatan ASTP (Apollo Soyuz Test Program). Ini adalah misi dimana wahana antariksa Apollo dari Amerika Serikat dan Soyuz dari Uni Soviet yang menjadi kompetitornya bergandengan di angkasa selama beberapa waktu. Dengan fakta demikian, jelas tak ada peluncuran roket Saturnus 5 pada Desember 1974.

Contoh Gelombang Rayleigh
Alasan 2 : Tiada Trans Lunar Injection
Yang kedua, tiada teramatinya fase trans lunar injection (TLI). Sepanjang peluncurannya, tingkat pertama (yakni tingkat S-1C) dan tingkat kedua (yakni tingkat S-2) Saturnus 5 terlepas secara bertahap, yang memungkinkan tingkat terakhir (yakni tingkat ketiga atau tingkat S-4B) beserta wahana Apollo diujungnya kian cepat melaju. Setiap misi Apollo selalu menempuh rute serupa, yakni terlebih dahulu mengorbit Bumi selama 1,5 hingga 2,1 kali putaran dalam orbit parkir setinggi 165 hingga 190 km dari permukaan Bumi dengan inklinasi orbit 32 hingga 33 derajat pada kecepatan 7,7 km/detik. Ini memungkinkan para astronot Apollo mengecek normal tidaknya semua sistem Apollo sehingga jadi tidaknya terbang ke Bulan dapat diputuskan. Bila salah satu sistem saja ditemukan tak normal, penerbangan ke Bulan bakal dibatalkan.
Jika seluruh sistem Apollo dinyatakan normal, penerbangan ke Bulan segera terlaksana diawali dengan tahap TLI, yakni penyalaan roket tingkat tiga Apollo selama 6 menit lebih guna mempercepat pesawat dari kecepatan 7,7 km/detik menjadi 10,8 km/detik. Ini terjadi dalam 2 jam 50 menit hingga 3 jam 12 menit pasca peluncuran dan umumnya berlangsung saat Apollo melintasi Samudera Pasifik. Agar TLI dapat terjadi, mesin roket J-2 yang menempel di pantat tingkat S-4B Saturnus 5 harus memiliki daya dorong cukup besar, yakni sebesar 104,3 ton. Daya dorong yang besar diiringi konsumsi bahan bakar (berupa Hidrogen cair dan Oksigen cair) cukup banyak sehingga produk reaksinya (yakni air dalam bentuk uap) pun sangat berlimpah. Sinar Matahari yang mengenai butir-butir air ini akan dipantulkan demikian rupa sehingga bisa dilihat dari Bumi menyerupai bentuk komet namun dengan ekor sangat lebar dan demikian terang sehingga mudah dilihat mata tanpa menggunakan binokuler maupun teleskop.
Dalam peluncuran Apollo 8, tahap TLI-nya terlihat amat menakjubkan di langit Hawaii dan sekitarnya. Pun demikian dengan misi Apollo lainnya, sehingga menjadi salah satu ciri khas misi penerbangan berawak ke Bulan. Bagaimana dengan situasi pada suatu waktu di bulan Desember 1974? Ternyata fenomena mirip TLI tidak pernah dijumpai ! Jelas bahwa tiadanya fenomena mirip TLI menandakan tidak ada mesin roket sekuat J-2 yang beroperasi di atas sana, sehingga menggugurkan klaim peluncuran Apollo 18.
Alasan 3 : Tiada Fuel Dump
Yang ketiga, tiada teramatinya fase fuel dump (pembuangan bahan bakar). Pada penerbangan Apollo, setelah fase TLI usai, maka tingkat S-4B Saturnus 5 tidak diperlukan lagi sehingga harus dilepas dari pesawat Apollo. Pelepasan ini dilakukan bersamaan dengan manuver Apollo untuk menggandeng modul Bulan sekaligus menariknya keluar dari lokasi penyimpanannya dengan menyalakan sejumlah mesin roket kecilnya, yang memungkinkan Apollo beserta modul Bulan sedikit menjauh dari tingkat S-4B. Pada fase ini tingkat S-4B sebenarnya sudah menjadi sampah antariksa sehingga untuk mengurangi resiko di kemudian hari, bahan bakar yang tersisa harus dibuang ke angkasa sekitarnya dalam fase fuel dump.
Baik Hidrogen cair maupun Oksigen cair dibuang secara bersamaan, namun ke arah yang saling bertolak belakang. Pantulan sinar Matahari menyebabkan butir-butir uap Hidrogen dan Oksigen dapat terlihat dengan jelas dari Bumi. Bahkan pemandangannya cukup spektakuler dan mudah disaksikan tanpa harus melalui teleskop atau binokuler. Pada saat itu bakal terlihat bulatan cahaya cukup besar di langit, dengan diameter sudut hingga 5 derajat atau 10 kali lebih besar dibanding diameter sudut Bulan. Dengan ukuran cukup besar, jelas fase fuel dump bakal menjadi pemandangan teramat langka yang menarik perhatian.

FuelDump di Inggris
Dalam misi Apollo 8, fase fuel dump-nya demikian spektakuler sehingga tak hanya menarik perhatian astronom (baik profesional maupun amatir), tapi juga khalayak umum. Hal ini karena fase fuel dump Apollo 8 dapat diamati dari separuh belahan Bumi yang kebetulan berhadapan dengannya, yang pada saat itu adalah benua Amerika dan Eropa. Dalam fase fuel dump misi-misi Apollo berikutnya pun demikian, sehingga juga menjadi salah satu ciri khas misi penerbangan berawak ke Bulan. Bagaimana dengan situasi pada suatu malam di bulan Desember 1974? Ternyata fenomena mirip fuel dump tidak dijumpai ! Ini jelas menandakan bahwa pada saat itu memang tidak ada tingkat S-4B Saturnus 5 yang sedang membuang bahan bakarnya. Sehingga menambah fakta gugurnya klaim adanya misi Apollo 18.

Fueldump Spanyol
Alasan 4 : Apa dan Darimana Roketnya ?
Dan yang keempat, terbatasnya jumlah roket Saturnus 5. Sepanjang penerbangan antariksa berawak ke Bulan, NASA hanya memproduksi 15 roket Saturnus 5 dalam periode 1964 hingga 1968 dengan melibatkan tiga raksasa industri penerbangan saat itu: Boeing, McDonnel Douglas dan North American Aviation. Setiap roket Saturnus menelan biaya US $ 135 juta, terhitung amat mahal bahkan untuk ukuran dekade 1960-an. Karena saat itu pun memproduksi sebuah bom nuklir ‘hanya’ menghabiskan US $ 5 juta. Ongkos produksi seluruh roket Saturnus 5 memakan porsi 10 % lebih anggaran pendaratan manusia di Bulan dan pada puncaknya setara dengan 1 % produk nasional kotor Amerika Serikat. Setiap roket Saturnus 5 membutuhkan waktu 42 bulan untuk diproduksi dan ditest sebelum siap digunakan.
Dari kelima belas roket Saturnus 5 yang diproduksi, dua digunakan untuk misi tak berawak (Apollo 4 dan 6), satu untuk misi berawak ke orbit Bumi (Apollo 9), dua untuk misi berawak tanpa mendarat ke Bulan (Apollo 8 dan 10), enam untuk misi pendaratan di Bulan (Apollo 11, 12, 14, 15, 16 dan 17), satu untuk misi pendaratan yang gagal (Apollo 13) dan satu lagi untuk misi laboratorium antariksa (Skylab 1). Sedangkan dua lainnya tak pernah mengangkasa seiring pemotongan anggaran besar-besaran yng dialami NASA bahkan sejak Apollo 8 belum mengangkasa. Kini dua roket Saturnus 5 yang tersisa itu dipamerkan secara terpisah di Kennedy Space Center (tingkat S-2 dan S-4B), Johnson Space Center (tingkat S-1C dan S-2), fasilitas produksi Boeing di New Orleans (tingkat S-1C) dan Museum Smithsonian di Washington (tingkat S-4B).
Dengan seluruh roket Saturnus 5 yang diproduksi dapat dilacak jejaknya, lantas darimana asal roket yang digunakan untuk meluncurkan misi Apollo 18? Apalagi roket yang memungkinkan hanyalah roket Saturnus 5, yang nyaris tak mungkin disembunyikan dari pandangan publik mengingat ukurannya, besarnya biaya produksi dan lamanya masa produksi. Bagaimana dengan roket lain? Tidak mungkin. Roket-roket lain yang telah operasional pada sat itu hanya mampu membawa muatan ke orbit Bumi saja. Kecuali roket N-1 milik Uni Soviet, yang dirancang sebagai kompetitor roket Saturnus 5 guna mendarat di Bulan. Namun roket N-1 tidak pernah berhasil mengangkasa. Empat percobaan peluncurannya selalu gagal, bahkan salah satu diantaranya berakhir sebagai ledakan non-nuklir terbesar sepanjang sejarah yang meremukkan landasan peluncuran dan fasilitas pendukungnya. Jadi tidak tersedia roket untuk meluncurkan Apollo 18 dan ini menjadi salah satu fakta yang menggugurkan klaim adanya penerbangan Apollo 18.
Epilog

Jadi, pada titik yang paling mendasar, yakni bagaimana Apollo 18 mengangkasa dari Bumi agar bisa terbang ke Bulan, ternyata dijumpai sedikitnya empat alasan yang membuat klaim penerbangan Apollo 18 gugur berantakan. Bila Apollo 18 tidak pernah mengangkasa, maka seluruh episode pendaratan dan dramatisasi di Bulan seperti digambarkan film “Apollo 18″ jelas mustahil.
Film tersebut barangkali mencoba meneguhkan klaim penyokong teori konspirasi pendaratan manusia di Bulan yang selama ini sudah beredar. Namun sayangnya, seperti para pendahulunya, “Apollo 18″ hanya menyajikan rangkaian dramatisasi tanpa mempedulikan aspek dan fakta ilmiah dalam penerbangan antariksa khususnya terkait penerbangan antariksa berawak ke Bulan.

Peta Perlintasan Phobos-Grunt di Atas Indonesia

Seperti yang teman - teman ketahui, wahana antariksa Phobos-Grunt milik Rusia dan Cina seberat 13,2 ton yang bermasalah bakal jatuh kembali ke permukaan Bumi dalam waktu kapan saja di antara tanggal 9 hingga 20 Januari 2012 dengan perkiraan waktu kejatuhan terbaik tanggal 14 atau 15 Januari 2012. Dan Indonesia menjadi salah satu negara yang beresiko terkena hantaman puing-puing Phobos-Grunt.
Guna mempermudah mengidentifikasi potensi resiko tersebut, berikut disajikan peta perlintasan Phobos-Grunt di atas Indonesia pada 9 hingga 20 Januari 2012. Peta disusun berdasarkan prediksi Heaven’sAbove dengan profil orbit 6 Januari 2012 dimana Phobos-Grunt beredar pada orbit 170 x 220 km. Mengingat orbit Phobos-Grunt terus menurun, maka perlintasan faktual Phobos-Grunt di atas Indonesia akan sedikit berbeda dengan prediksi. Namun perbedaan itu sejatinya kecil, baik dalam skala waktu maupun lokasi perlintasan.
Peta perlintasan untuk Indonesia bagian barat. Merah = perlintasan saat fajar. Biru = perlintasan saat sore.

Phobos-Grunt mengobit Bumi sekali tiap 88,6 menit sehingga dalam 24 jam telah mengelilingi Bumi sebanyak 16,21 kali. Rotasi Bumi menyebabkan setiap perlintasan Phobos-Grunt tidak berlangsung di titik yang sama dengan perlintasan sebelumnya, melainkan bergeser ke barat sejauh 2.460 km di sekitar khatulistiwa. Dengan panjang kepulauan Indonesia dari barat ke timur mencapai lebih dari 5.000 km, maka Phobos-Grunt bakal melintas secara berurutan sebanyak 2 kali. Dan secara akumulatif dalam satu hari Phobos-Grunt dapat melintas hingga 4 kali, masing-masing  kali di waktu fajar dan 2 kali di waktu sore.
Peta perlintasan untuk Indonesia bagian timur. Merah = perlintasan saat fajar. Biru = perlintasan saat sore.

Pada 9 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara, melewati Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan NTT, termasuk kota Kupang. Sementara sorenya giliran pulau Flores, Buru dan Halmahera yang dilewati Phobos-Grunt, yang melintas dari barat daya menuju timur laut. Berselang 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut. Namun dengan pergeseran lintasan sejauh 2.460 km, kali ini Phobos-Grunt lewat di atas Sumatra Selatan, termasuk di atas kota Palembang, hingga kepulauan Natuna.
Pada 10 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan masih melewati Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan NTT namun bergeser sedikit ke timur dibanding lintasan sehari sebelumnya. Sorenya pun demikian, dengan pulau Alor dan Buru dilewati Phobos-Grunt, yang melintas dari barat daya menuju timur laut dan sedikit bergeser ke timur dibanding lintasan sehari sebelumnya. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut. Kali ini Phobos-Grunt tetap lewat di atas Sumatra Selatan hingga kepulauan Natuna, dengan tambahan pulau Bangka menjadi bagian lintasannya.
Pada 11 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur sehingga melewati Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah (termasuk kota Palu), Sulawesi Tenggara dan NTT. Sorenya Phobos-Grunt melintasi pulau Timor, Seram  dan kepulauan Raja Ampat. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut. Kali ini Phobos-Grunt lewat di atas Lampung hingga Kalimantan Barat.
Pada 12 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur sehingga melewati Kalimantan Timur (termasuk kota Tarakan), Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara (termasuk kota Kendari). Sorenya Phobos-Grunt tetap melintasi pulau Timor, Seram dan kepulauan Raja Ampat. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut dan tetap lewat di atas Lampung (termasuk kota Bandar Lampung) hingga Kalimantan Barat.
Pada 13 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur dan masih melewati Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. 88 menit kemudian Phobos-Grunt melintas di atas kepulauan Mentawai. Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya sehingga melintasi kepala burung pulau Irian. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut di atas selat Sunda, pulau Belitong hingga Kalimantan Barat.
Pada 14 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur sehingga lewat di atas Gorontalo (termasuk kota Gorontalo). 88 menit kemudian Phobos-Grunt melintasi pesisir barat pulau Sumatra (termasuk kota Banda Aceh). Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya namun masih melintasi kepala burung pulau Irian (termasuk kota Manokwari). Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut di atas Jawa Barat dan DKI Jakarta hingga Kalimantan Barat.
Pada 15 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur sehingga lewat di atas Sulawesi Utara dan pulau Buru. 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas, kali ini menyusuri kota Medan, danau Toba dan pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatra. Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya sehingga melintasi bagian tengah pulau Irian dan pulau Biak. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut di atas Jawa Barat (termasuk kota Cirebon) dan Kalimantan Tengah.
Pada 16 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur sehingga lewat di atas Sulawesi Utara dan pulau Seram (termasuk kota Ambon). 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas, kali ini menyusuri kota Pekanbaru, kota Jambi dan DKI Jakarta. Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya namun tetap melintasi bagian tengah pulau Irian. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut di atas Jawa tengah (termasuk kota Cilacap), Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Pada 17 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur sehingga lewat di atas pulau halmahera dan pulau Seram bagian timur. 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas, kali ini menyusuri pulau Bangka, Jawa Tengah dan DIY. Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya sehingga mulai melintasi pegunungan Jayawijaya di pulau Irian. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut di atas Jawa Timur (termasuk kota Surabaya), Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (termasuk kota Samarinda dan Balikpapan).
Pada 18 Januari fajar, Phobos-Grunt melintas dari barat laut menuju tenggara dan telah bergeser lagi kian ke timur sehingga lewat di atas kepala burung pulau Irian dan kepulauan Aru. 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas, kali ini hanya melewati Jawa Timur (termasuk kota Surabaya). Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya sehingga mulai kawasan berawa di pulau Irian bagian selatan. Dalam 88 menit kemudian Phobos-Grunt kembali melintas dari barat daya menuju timur laut di atas Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
Pada 19 Januari bagian timur Indonesia praktis sudah tidak dilewati Phobos-Grunt, baik di saat fajar maupun sore. Sementara di bagian barat Indonesia, Phobos-Grunt melintas di kala fajar menyusuri Kalimantan Tengah dan Jawa Timur. Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya sehingga melintasi Bali, Sulawesi Barat dan Gorontalo.
Seperti halnya sehari sebelumnya, pada 20 Januari bagian timur Indonesia praktis sudah tidak dilewati Phobos-Grunt, baik di saat fajar maupun sore. Sementara di bagian barat Indonesia, Phobos-Grunt melintas di kala fajar menyusuri Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan NTT. Sorenya Phobos-Grunt kian bergeser ke timur dari lintasan sehari sebelumnya sehingga melintasi NTB dan Sulawesi Utara.
Titik-titik di sepanjang perlintasan inilah, khususnya untuk 14 dan 15 Januari 2012, yang harus mewaspadai kemungkinan jatuhnya Phobos-Grunt.

Senin, 09 Januari 2012

kalender astronomi 2012

Kiranya apa saja peristiwa atau fenomena astronomis di tahun 2012?

Tentunya para pecinta astronomi tidak ingin terlewat satu pun kejadian-kejadian menarik bahkan spektakuler di tahun 2012 hanya karena "Kekurangan informasi". Oleh karena itu, aku berinisiatif mempublikasi tulisan "Kalender Astronomi Tahun 2012" yang dapat menjadi referensi peristiwa apa saja yang akan terjadi nanti sepanjang tahun 2012. Berikut persembahan ku...hehehe

Catatan:
Tulisan berwarna merah berarti peristiwa tersebut tidak dapat diamati di Indonesia. 
Tulisan berwarna kuning kecokelatan berarti tidak dapat diamati dengan mata langsung, sehingga diperlukan alat bantu seperti teleskop atau binokuler. 
Tulisan berwarna hitam berareti peristiwa tersebut bisa diamati di Indonesia tanpa alat bantu apapun.


Kalender Astronomi Tahun 2012

Januari

04 Januari 2012: Puncak Hujan Meteor Quadrantids
Pada 28 Desember 2011 hingga 12 Januari 2012 Bumi akan melintasi daerah puing-puing asteroid 2003 EH1 yang mengakibatkan terjadinya hujan meteor Quadrantids. Pada puncaknya diperkirakan 120 meteor akan jatuh tiap jamnya dengan radian rasi Bootes di timur laut waktu dini hari.
05 Januari 2012: Bumi di Perihelion
Dalam orbit berbentuk elips, Bumi akan berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari sejauh 0.9833 AU.
09 Januari 2012: Bulan Purnama

23 Januari 2012: Bulan Baru

Februari

08 Februari 2012: Bulan Purnama

22 Februari 2012: Bulan Baru

Maret

04 Maret 2012: Oposisi Mars
Suatu konfigurasi dimana Matahari-Bumi-Mars akan berurut yang juga berarti Mars akan berada pada jarak terdekatnya (0.6741 AU) dari Bumi. Oleh karena itu saat ini adalah waktu terbaik mengamati planet "kemerah-merahan" Mars dengan atau tanpa alat bantu. Jika diamati dengan mata telanjang, Mars akan terlihat seperti bintang merah terang yang terlihat sepanjang malam.
05 Maret 2012: Merkurius Elongasi Timur
Merkurius dengan ketinggian 18.2° teramati pada langit sebelah barat saat Matahari terbenam.
08 Maret 2012: Bulan Purnama

14 Maret 2012: Konjungsi Venus dan Jupiter
Bagaimana jika 2 planet yang sama-sama terlihat bagai bintang putih terang berdampingan di langit barat waktu Matahari terbenam? Nantikan konjungsi Venus dan Jupiter yang berjarak hanya 3°.
20 Maret 2012: Maret Equinox
Matahari akan bersinar tepat di perpotongan ekliptik dan ekuator dimana seluruh belahan Bumi akan memiliki lama waktu siang dan malam hampir sama. Hari ini juga akan menjadi awal musim semi (vernal equinox) di belahan Bumi Utara dan menjadi awal musim gugur (autumnal equinox) di belahan Bumi Selatan.
22 Maret 2012: Bulan Baru

27 Maret 2012: Venus Elongasi Timur
Langit senja akan dihiasi oleh Venus sang bintang kejora dengan ketinggian 46° dari horison barat tepat ketika Matahari terbenam

April

07 April 2012: Bulan Purnama

16 April 2012: Saturnus Oposisi
Saturnus akan terlihat bagai bintang putih terang yang terlihat sepanjang malam pada jarak terdekatnya (8.7196 AU) dari Bumi. Karenanya saat ini lah waktu terbaik mengamati Saturnus dengan atau tanpa alat bantu.
18 April 2012: Merkurius Elongasi Barat
Merkurius nampak di langit timur saat matahari terbit dengan ketinggian 27.5°.
21 April 2012: Bulan Baru

22 April 2012: Hujan Meteor Lyrids
Serpihan-serpihan kecil dari komet Thatcher akan menghujam Bumi dari arah rasi Lyra di langit utara sejak 16 sampai 26 April. Ketika puncaknya nanti 22 April 2012, diperkirakan akan ada 20-an meteor yang melintas tiap jamnya. Pengamatan meteor Lyrids kali ini akan didukung langit yang gelap karena Bulan sedang dalam fase bulan baru.

Mei

05 Mei 2012: Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids
Meteor yang berasal dari serpihan komet Halley akan terlihat antara tanggal 19 April hingga 28 Mei. Sekitar 60 meteor tiap jamnya akan berjatuhan ketika puncaknya. Sayangnya langit yang terang benderang karena Bulan purnama akan membuat meteor "Malu-malu" untuk dilihat.
06 Mei 2012: Bulan Purnama

21 Mei 2012: Bulan Baru

21 Mei 2012: Gerhana Matahari Sebagian
Suatu peristiwa dimana sebagian piringan Bulan akan menutupi sebagian piringan Matahari, sehingga Matahari akan terlihat sabit. Gerhana melintas Cina selatan, ke timur melalui Jepang, Samudera Pasifik bagian utara, dan ke Amerika Serikat bagian barat. (NASA Map and Eclipse Information)
28 Mei 2012: Istiwa' Adhom
Peristiwa dimana Matahari transit atau tepat berada di atas ka’bah. Peristiwa ini dapat difungsikan untuk meluruskan arah kiblat bagi kaum muslim. Peristiwa ini akan terulang pada tanggal 16 Juli 2012.

Juni

04 Juni 2012: Gerhana Bulan Sebagian 
Sepertiga wajah Bulan akan tertutupi bayangan umbra Bumi pada pukul 16:03 WIB. Peristiwa Gerhana Bulan Sebagian ini akan terlihat di sebagian besar Asia, Australia, Samudra Pasifik, dan Amerika. (NASA Map and Eclipse Information)
04 Juni 2012: Bulan Purnama

06 Juni 2012: Transit Venus
Suatu kejadian langka dimana Venus melintas di depan piringan Matahari. Teramati dari Pasifik barat, timur Asia dan Australia timur pukul 08:28 WIB. Kejadian ini terakhir teramati pada 8 Juni 2004 dan baru akan terjadi lagi pada 11 Desember 2117. Pengamatannya diharuskan menggunakan alat bantu seperti teleskop berfilter. (NASA Transit Information | NASA Transit Map)
19 Juni 2012: Bulan Baru

21 Juni 2012: Solstice Juni
Kutub Utara Bumi akan mengarah ke Matahari dengan posisi paling Utara di langit sehingga Matahari berada pada titik balik utara (Tropic of Cancer) dengan deklinasi +23,44°. Peristiwa ini menandai awal musim panas di belahan Bumi Utara dan menjadi awal musim dingin di belahan Bumi Selatan.

Juli

01 Juli 2012: Merkurius Elongasi Timur
Merkurius akan menghiasi langit senja dengan ketinggian 25.7° di ufuk barat.
04 Juli 2012: Bulan Purnama

05 Juli 2012: Bumi di Aphelion
Kebalikan dari perihelion, dimana Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari terhitung 1.0167 AU.
16 Juli 2012: Istiwa' Adhom
Kali kedua dalam tahun ini dimana Matahari transit atau tepat berada di atas ka’bah. Peristiwa ini dapat difungsikan untuk meluruskan arah kiblat bagi kaum muslim.
19 Juli 2012: Bulan Baru

28 Juli 2012: Puncak Hujan Meteor Southern Delta Aquarids
Kali ini rasi Aquarius menjadi radian hujan meteor yang berasal dari pecahan komet Marsden dan Kracht Sungrazing sejak 18 Juli hingga 18 Agustus. Cukup arahkan kedua mata ke langit timur waktu dini hari, 20 an meteor tiap jam diperkirakan terlihat pada puncaknya.

Agustus

02 Agustus 2012: Bulan Purnama

12 Agustus 2012: Okultasi Jupiter
Bagaimana jika Jupiter tertutupi oleh piringan Bulan untuk sejenak? Jangan lewatkan "Gerhana" Jupiter yang dapat teramati di seluruh Indonesia.

12 Agustus 2012: Puncak Hujan Meteor Perseids
Sejak 17 Juli hingga 24 Agustus sebelum fajar, rasi Perseus di langit utara menjadi pusat hujan meteor yang berasal dari serpihan komet Swift-Tuttle. Sekitar 90 meteor tiap jam diperkirakan akan melintas di langit gelap berhias Bulan sabit tatkala puncaknya selepas tengah malam hingga fajar tiba.
15 Agustus 2011: Venus Elongasi Barat
Nikmati pemandangan matahari terbit dihiasi Venus sang bintang kejora setinggi 45.8° di langit timur.
16 Agustus 2012: Merkurius Elongasi Barat
Seakan menemani Venus, Merkurius juga akan berelongasi barat dan terlihat di langit timur ketika matahari terbit dengan ketinggian 18.7°.
17 Agustus 2012: Bulan Baru

24 Agustus 2012: Oposisi Neptunus
Neptunus akan berada pada jarak terdekatnya (28.9840 AU) dari Bumi. Meski akan lebih terang di banding biasanya, namun tetap dibutuhkan alat bantu seperti teleskop untuk mengamati.
31 Agustus 2012: Bulan Purnama

September

16 September 2012: Bulan Baru

22 September 2012: Equinox September
Matahari akan bersinar tepat di perpotongan ekliptik dan ekuator. Kala itu lama waktu siang dan malam dalam waktu di seluruh dunia yang hampir sama. Hari ini juga akan menjadi awal musim gugur (autumnal equinox) di belahan Bumi Utara dan menjadi awal musim semi (vernal equinox) di belahan Bumi Selatan.
29 September 2012: Oposisi Uranus
Uranus berada pada titik terdekatnya (19.0614 AU) dari Bumi. Meski sangat redup, Uranus masih mungkin diamati tanpa alat bantu dengan langit yang sangat gelap.
30 September 2012: Bulan Purnama

Oktober

15 Oktober 2012: Bulan Baru

21 Oktober 2012: Puncak Hujan Meteor Orionids
Rasi Orion sang pemburu akan menjadi radian dari meteor Orionids sejak 15 hingga 29 Oktober. Berasal dari serpihan komet Halley, sekitar 20 meteor akan menghiasi langit pada puncaknya. Bulan fase kuartir awal memberi kesempatan untuk dilakukannya pengamatan lepas tengah malam.
27 Oktober 2012: Merkurius Elongasi Timur
Merkurius dengan tinggi 24.1° dari horison barat akan terlihat ketika Matahari terbenam.
30 Oktober 2012: Bulan Purnama

November

14 November 2012: Bulan Baru

14 November 2012: Gerhana Matahari Total
Ketika Matahari-Bulan-Bumi berada dalam satu garis lurus dan piringan Bulan lebih besar dari piringan Matahari, terjadilah suatu peristiwa Gerhana Matahari Total. Di akhir tahun 2012, peristiwa tersebut akan teramati di bagian utara Australia dan Samudra Pasifik bagian selatan dengan waktu puncaknya pada 05:12 WIB. (NASA Map and Eclipse Information) 

17 November 2012: Puncak Hujan Meteor Leonids
Dini hari diarah langit timur sekitar rasi Leo terbentang puing-puing komet 55p/Tempel-Tuttle sejak 6 hingga 30 November. Kemudian puing-puing tersebut akan menghujam Bumi sebagai meteor sebanyak 15 an meteor tiap jam waktu puncaknya.
28 November 2012: Gerhana Bulan Penumbral
Seluruh bagian Bulan akan berada dalam bayangan penumbra Bumi pukul 21:32 WIB. Ketika itu Bulan akan terlihat sedikit meredup seakan tidak terjadi gerhana. Gerhana kali ini akan terlihat di sebagian besar Eropa, Timur Afrika, Asia, Australia, Samudra Pasifik, dan Amerika Utara. (NASA Map and Eclipse Information)
28 November 2012: Bulan Purnama

Desember

03 Desember 2012: Oposisi Jupiter
Planet termasif di tata surya akan berada pada jarat terdekat (4.0689 AU) dari Bumi. Saat ini lah waktu yang paling tepat mengamati Jupiter dengan atau tanpa alat bantu. Jika dilihat langsung, Jupiter akan terlihat sebagai bintang putih terang yang menghiasi langit sepanjang malam.
05 Desember 2012: Merkurius Elongasi Barat
Ketika Matahari terbit, Merkurius akan menghiasi langit timur dengan ketinggian 20.6°.
13 Desember 2012: Bulan Baru

14 Desember 2012: Puncak Hujan Meteor Geminids
Dengan hipotesis bahwa asteroids 3200 Phaethon mengemisikan debu ketika mengorbit Matahari, terjadilah hujan meteor Geminids sejak 7 hingga 17 Desember. Dari rasi Gemini, diperkirakan akan melintas 120 meteor tiap jam saat puncaknya. Fase Bulan baru kian mendukung pengamatan dengan langit yang gelap tahun ini.
21 Desember 2012: Solstice Desember
Kutub Selatan Bumi akan condong ke arah Matahari sehingga Matahari berada pada titik balik selatan (Tropic of Capricorn) dengan deklinasi -23,44°. Peristiwa ini menandai awal musim dingin (winter solstice) di belahan Bumi Utara dan awal musim panas (summer solstice) di belahan Bumi Selatan.
28 Desember 2012: Bulan Purnama