Sabtu, 25 Februari 2017
Bagaimana Perhitungan Tanggal Paskah dalam Kalender Yahudi?
Hari Raya terpenting bagi umat Yahudi adalah Pesakh atau Paskah (artinya “lewat; bebas”), yaitu tanggal 14 Nisan, hari pembebasan Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa a.s. dari perbudakan Fir`aun di Mesir selama ratusan tahun. Pada hari Paskah 14 Nisan, yang jatuh pada tanggal 30 Maret 2010, umat Yahudi dianjurkan menyembelih hewan qurban berupa domba.
Umat Nasrani juga merayakan Paskah, tetapi dengan makna yang berbeda, yaitu pembebasan manusia dari dosa. Mereka tidak menyembelih domba, sebab Nabi Isa al-Masih a.s. mereka anggap sebagai “domba Paskah” yang sudah dikorbankan. Pada mulanya Paskah umat Nasrani sama dengan umat Yahudi, yaitu tanggal 14 Nisan. Sejak tahun 325 Masehi, melalui sidang Konsili di Nikea (Iznik di Turki sekarang), Paskah ditetapkan harus pada hari Minggu sesudah purnama selepas 21 Maret, agar cocok dengan perayaan Easter Sunday warisan kepercayaan kafir Romawi purba. Itulah sebabnya Paskah umat Nasrani tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2010.
Paskah dalam kalender gerejawi sering disebut sebagai perayaan yang berpindah, artinya perayaannya tidak terpaku pada tanggal tertentu di dalam kalender Gregorian maupun Julian (yang sama-sama mengikuti perputaran matahari dan keempat musim) melainkan dihitung menurut kalender suryacandra seperti kalender Ibrani. Di dalam kalender Gregorian, Paskah selalu jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April. Untuk negara-negara yang mengikuti kalender Julian untuk perayaan-perayaan keagamaan, Paskah juga jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April , yang dalam kalender Gregorian adalah 4 April-8 Mei.
Sistem kalender modifikasi dari Kalender Julian. Yang pertama kali mengusulkannya ialah doktor Aloysius Lilius, dari Napoli, Italia dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582. Sistem kalender yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 sebelum Masehi. Sistem kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan utama namun juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya. Kalender ini biasanya ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat beberapa tahun sekali ataupun berturut-turut. Dengan demikian, jumlah bulan dalam satu tahun dapat mencapai 12 sampai 13 bulan.
Tanggal Paskah yang tepat pernah menjadi pokok perdebatan. Di dalam Konsili Nicea I pada 325 diputuskan bahwa seluruh umat Kristen akan merayakan Paskah pada hari yang sama, yang akan dihitung secara berbeda dari perhitungan umat Yahudi untuk menentukan tanggal Paskah Yahudi. Karena tidak adanya catatan keputusan konsili yang selamat hingga zaman modern, ada kemungkinan bahwa konsili tersebut tidak memutuskan cara tertentu untuk menghitung tanggal Paskah. Metode penghitungan paskah yang berlaku sejak Zaman Pertengahan adalah Paskah dirayakan pada hari Minggu setelah bulan purnama pertama Musim semi (vernal equinox). Kalimat tersebut sebenarnya tidak sungguh sama dengan sistem perhitungan gerejawi. Dalam perhitungan gerejawi, gereja-gereja Kristen menggunakan 21 Maret sebagai awal tanggal perhitungan Paskah, dari sana dicari kapan bulan purnama berikutnya, demilian seterusnya. Bagi gereja-gereja Ortodoks yang masih menggunakan kalender Julian, tanggal yang digunakan juga 21 Maret, namun dalam kalender Julian, sebagai akibatnya terdapat perbedaan-perbedaan.
Paskah ditentukan berdasarkan siklus suryacandra. Satu bulan dalam penanggalan candra (bulan) terdiri dari bulan-bulan sepanjang 30 hari dan 29 hari, berselang-seling, dengan satu bulan tambahan yang ditambahkan secara berkala agar pas dengan penanggalan surya (matahari). Dalam setiap tahun surya (1 Januari hingga 31 Desember), bulan candra dimulai dengan sebuah purnama gerejawi yang jatuh pada periode 29 hari di antara 8 Maret hingga 5 April (inklusif) dan dinamakan "bulan candra Paskah" tahun tersebut. Paskah adalah hari Minggu ke-3 dalam bulan candra Paskah, atau dengan kata lain hari Minggu setelah hari ke-14 bulan candra Paskah. Hari ke-14 itu sendiri dinamakan purnama Paskah, walaupun hari ke-14 pada bulan candra dapat berbeda dengan purnama astronomis hingga 2 hari lamanya. Karena purnama gerejawi jatuh pada tanggal 8 Maret hingga 5 April, purnama Paskah atau hari ke-14-nya pasti jatuh pada tanggal 21 Maret hingga 18 April. Dengan demikian Paskah menurut kalender Gregorian akan memiliki 35 kemungkinan hari - antara 22 Maret hingga 25 April (inklusif). Terakhir kali Paskah jatuh pada tanggal 22 Maret adalah pada tahun 1818 dan berikutnya adalah tahun 2285. Terakhir kali Paskah jatuh pada tanggal 25 April adalah pada 1943 dan berikutnya adalah tahun 2038. Siklus perputaran tanggal-tanggal Paskah berulang tepat setiap 5.700.000 tahun; 19 April merupakan tanggal Paskah yang tersering, yang terjadi 220.400 kali, atau 3.9%, dibanding dengan median tanggal-tanggal lainnya sebanyak 189.525 kali atau 3.3%. Paskah menurut kalender Julian seringkali (sekitar 50%) dirayakan 1 minggu setelah kalender Gregorian, karena tidak adanya penyesuaian perhitungan tanggal seperti yang dilakukan di kalender Gregorian. Namun tidak jarang pula selisih waktunya hingga 3-4 minggu. Untuk menghindari perbedaan cara perhintungan Paskah, gereja Katolik telah membuat tabel tanggal Paskah menurut aturan di atas. Seluruh gereja yang merayakan Paskah sesuai dengan tanggal tersebut. Hubungan dengan penanggalan Paskah Yahudi Paskah Yahudi juga menggunakan kalender suryacandra untuk menghitung tanggal perayaan. Minggu Paskah biasanya jatuh sekitar seminggu setelah hari pertama Paskah Yahudi (tanggal 15 Nisan pada penanggalan Yahudi). Namun karena perbedaan sistem penghitungan tanggal suryacandra antara kalender Yahudi dan Gregorian, dalam siklus 19 tahun Paskah Yahudi jatuhnya satu bulan etelah hari Minggu Paskah, yaitu tahun ke-3, 11, dan 14 dalam siklus 19 tahun kalender Gregorian (atau tahun ke 19, 8, dan 11 berturut-turut pada siklus 19 tahun kalender Karena dalam kalender Yahudi modern tanggal 15 Nisan tidak pernah jatuh pada hari Senin, Rabu, atau Jumat, seder tanggal 15 Nisan tidak pernah jatuh pada malam Kamis Putih. Seder kedua, yang diperingati oleh sebagian komunitas Yahudi sebagai malam Paskah (Yahudi) kedua, dapat jatuh pada Kamis malam. Reformasi penanggalan Paskah Dalam sebuah kongres Pan-Ortodoks tahun 1923, uskup-uskup Gereja Ortodoks Timur bertemu di Konstantinopel di bawah kepemimpinan Patriark Meletios IV. Di dalam kongres tersebut para uskup menyetujui Perubahan kalender Julian. Aslinya, kalender ini akan dapat menentukan tanggal Paskah berdasarkan perhitungan astronomis yang berlandaskan meridian Yerusalem. Namun negara-negara yang menggunakan revisi tersebut hanya menggunakan revisi-revisi hari-hari raya yang memiliki tanggal tetap pada kalender Julian, revisi rumus perhitungan tanggal Paskah tidak pernah diterapkan di keuskupan Ortodoks manapun. Pada pertemuan puncak Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD) di Aleppo, Suriah pada 1997, DGD mengusulkan reformasi penghitungan Paskah yang akan mempersatukan kembali kedua sistem yang ada (Barat/Gregorian dan Timur/Julian) dengan pengetahuan ilmu astronomis modern yang menghitung equinox musim semi astronomis dan bulan purnama di meridian Yerusalem, dan juga mengikuti Konsili Nicea I tentang penanggalan Paskah pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama. Perubahan yang diusulkan DGD ini akan menyelesaikan masalah penanggalan dan menghilangkan perbedaan di antara gereja-gereja (ritus) Timur dan Barat. Reformasi ini diusulkan mulai digunakan sejak 2001, namun hingga kini hal tersebut belum digunakan oleh anggota manapun