Selasa, 14 Maret 2017
Rahasia Si Cincin Saturnus
Baru-baru ini sekelompok peneliti berhasil mengukur kecerlangan dan temperatur cincin-cincin Saturnus secara lebih detil daripada sebelum-sebelumnya.
Cincin-cincin Saturnus dan salah satu bulannya, Mimas (kanan atas) dilihat dari wahana antariksa Cassini. (NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)
Jika kalian pergi keluar di malam tak berawan, tanpa teleskop kalian bisa melihat hingga lima planet. Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus dapat dilihat dengan mata telanjang. Planet-planet tersebut telah menarik perhatian orang selama ribuan tahun, terlebih ketika teleskop telah ditemukan sehingga cincin-cincin Saturnus yang spektakuler untuk pertama kalinya terlihat.
Empat ratus tahun kemudian foto-foto cincin Saturnus yang lebih detil dipotret oleh wahana antariksa Voyager yang mengunjungi planet tersebut pada tahun 1980-an. Foto-foto itu mengungkapkan bahwa sebetulnya Saturnus mempunyai beberapa cincin besar yang tersusun dari miliaran bongkahan es dan batu dengan berbagai ukuran, mulai dari bulir-bulir sebesar debu hingga partikel sebesar gunung.
Kini kita tahu bahwa Saturnus memiliki tujuh cincin besar, yang dipisahkan oleh celah-celah kosong yang disebut ‘divisi’. Tapi, pemahaman kita mengenai cincin Saturnus masih berevolusi. Baru-baru ini sekelompok peneliti berhasil mengukur kecerlangan dan temperatur cincin-cincin Saturnus secara lebih detil daripada sebelum-sebelumnya.
Mereka menemukan bahwa satu cincin tampaknya jauh lebih terang daripada dua cincin sebelahnya saat dilihat dalam citra termal, artinya cincin itu lebih panas. Anehnya, celah bernama ‘Divisi Cassini’ juga bersinar terang dalam citra-citra termal, menunjukkan bahwa celah ini tidak sekadar ruang kosong antar-cincin.
Kita menduga area ini lebih panas karena mengandung lebih sedikit partikel sehingga Matahari lebih mudah memanasi daerah tersebut. Selain itu, partikel-partikel di sana lebih gelap sehingga menyerap lebih banyak panas.
Di pihak lain, Divisi Cassini tampak kosong dalam citra-citra normal sementara cincin-cincin di dekatnya yang mempunyai lebih banyak partikel memantulkan lebih banyak cahaya matahari dan tampak lebih terang.
Sabtu, 25 Februari 2017
Bagaimana Perhitungan Tanggal Paskah dalam Kalender Yahudi?
Hari Raya terpenting bagi umat Yahudi adalah Pesakh atau Paskah (artinya “lewat; bebas”), yaitu tanggal 14 Nisan, hari pembebasan Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa a.s. dari perbudakan Fir`aun di Mesir selama ratusan tahun. Pada hari Paskah 14 Nisan, yang jatuh pada tanggal 30 Maret 2010, umat Yahudi dianjurkan menyembelih hewan qurban berupa domba.
Umat Nasrani juga merayakan Paskah, tetapi dengan makna yang berbeda, yaitu pembebasan manusia dari dosa. Mereka tidak menyembelih domba, sebab Nabi Isa al-Masih a.s. mereka anggap sebagai “domba Paskah” yang sudah dikorbankan. Pada mulanya Paskah umat Nasrani sama dengan umat Yahudi, yaitu tanggal 14 Nisan. Sejak tahun 325 Masehi, melalui sidang Konsili di Nikea (Iznik di Turki sekarang), Paskah ditetapkan harus pada hari Minggu sesudah purnama selepas 21 Maret, agar cocok dengan perayaan Easter Sunday warisan kepercayaan kafir Romawi purba. Itulah sebabnya Paskah umat Nasrani tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2010.
Paskah dalam kalender gerejawi sering disebut sebagai perayaan yang berpindah, artinya perayaannya tidak terpaku pada tanggal tertentu di dalam kalender Gregorian maupun Julian (yang sama-sama mengikuti perputaran matahari dan keempat musim) melainkan dihitung menurut kalender suryacandra seperti kalender Ibrani. Di dalam kalender Gregorian, Paskah selalu jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April. Untuk negara-negara yang mengikuti kalender Julian untuk perayaan-perayaan keagamaan, Paskah juga jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April , yang dalam kalender Gregorian adalah 4 April-8 Mei.
Sistem kalender modifikasi dari Kalender Julian. Yang pertama kali mengusulkannya ialah doktor Aloysius Lilius, dari Napoli, Italia dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582. Sistem kalender yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 sebelum Masehi. Sistem kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan utama namun juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya. Kalender ini biasanya ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat beberapa tahun sekali ataupun berturut-turut. Dengan demikian, jumlah bulan dalam satu tahun dapat mencapai 12 sampai 13 bulan.
Tanggal Paskah yang tepat pernah menjadi pokok perdebatan. Di dalam Konsili Nicea I pada 325 diputuskan bahwa seluruh umat Kristen akan merayakan Paskah pada hari yang sama, yang akan dihitung secara berbeda dari perhitungan umat Yahudi untuk menentukan tanggal Paskah Yahudi. Karena tidak adanya catatan keputusan konsili yang selamat hingga zaman modern, ada kemungkinan bahwa konsili tersebut tidak memutuskan cara tertentu untuk menghitung tanggal Paskah. Metode penghitungan paskah yang berlaku sejak Zaman Pertengahan adalah Paskah dirayakan pada hari Minggu setelah bulan purnama pertama Musim semi (vernal equinox). Kalimat tersebut sebenarnya tidak sungguh sama dengan sistem perhitungan gerejawi. Dalam perhitungan gerejawi, gereja-gereja Kristen menggunakan 21 Maret sebagai awal tanggal perhitungan Paskah, dari sana dicari kapan bulan purnama berikutnya, demilian seterusnya. Bagi gereja-gereja Ortodoks yang masih menggunakan kalender Julian, tanggal yang digunakan juga 21 Maret, namun dalam kalender Julian, sebagai akibatnya terdapat perbedaan-perbedaan.
Paskah ditentukan berdasarkan siklus suryacandra. Satu bulan dalam penanggalan candra (bulan) terdiri dari bulan-bulan sepanjang 30 hari dan 29 hari, berselang-seling, dengan satu bulan tambahan yang ditambahkan secara berkala agar pas dengan penanggalan surya (matahari). Dalam setiap tahun surya (1 Januari hingga 31 Desember), bulan candra dimulai dengan sebuah purnama gerejawi yang jatuh pada periode 29 hari di antara 8 Maret hingga 5 April (inklusif) dan dinamakan "bulan candra Paskah" tahun tersebut. Paskah adalah hari Minggu ke-3 dalam bulan candra Paskah, atau dengan kata lain hari Minggu setelah hari ke-14 bulan candra Paskah. Hari ke-14 itu sendiri dinamakan purnama Paskah, walaupun hari ke-14 pada bulan candra dapat berbeda dengan purnama astronomis hingga 2 hari lamanya. Karena purnama gerejawi jatuh pada tanggal 8 Maret hingga 5 April, purnama Paskah atau hari ke-14-nya pasti jatuh pada tanggal 21 Maret hingga 18 April. Dengan demikian Paskah menurut kalender Gregorian akan memiliki 35 kemungkinan hari - antara 22 Maret hingga 25 April (inklusif). Terakhir kali Paskah jatuh pada tanggal 22 Maret adalah pada tahun 1818 dan berikutnya adalah tahun 2285. Terakhir kali Paskah jatuh pada tanggal 25 April adalah pada 1943 dan berikutnya adalah tahun 2038. Siklus perputaran tanggal-tanggal Paskah berulang tepat setiap 5.700.000 tahun; 19 April merupakan tanggal Paskah yang tersering, yang terjadi 220.400 kali, atau 3.9%, dibanding dengan median tanggal-tanggal lainnya sebanyak 189.525 kali atau 3.3%. Paskah menurut kalender Julian seringkali (sekitar 50%) dirayakan 1 minggu setelah kalender Gregorian, karena tidak adanya penyesuaian perhitungan tanggal seperti yang dilakukan di kalender Gregorian. Namun tidak jarang pula selisih waktunya hingga 3-4 minggu. Untuk menghindari perbedaan cara perhintungan Paskah, gereja Katolik telah membuat tabel tanggal Paskah menurut aturan di atas. Seluruh gereja yang merayakan Paskah sesuai dengan tanggal tersebut. Hubungan dengan penanggalan Paskah Yahudi Paskah Yahudi juga menggunakan kalender suryacandra untuk menghitung tanggal perayaan. Minggu Paskah biasanya jatuh sekitar seminggu setelah hari pertama Paskah Yahudi (tanggal 15 Nisan pada penanggalan Yahudi). Namun karena perbedaan sistem penghitungan tanggal suryacandra antara kalender Yahudi dan Gregorian, dalam siklus 19 tahun Paskah Yahudi jatuhnya satu bulan etelah hari Minggu Paskah, yaitu tahun ke-3, 11, dan 14 dalam siklus 19 tahun kalender Gregorian (atau tahun ke 19, 8, dan 11 berturut-turut pada siklus 19 tahun kalender Karena dalam kalender Yahudi modern tanggal 15 Nisan tidak pernah jatuh pada hari Senin, Rabu, atau Jumat, seder tanggal 15 Nisan tidak pernah jatuh pada malam Kamis Putih. Seder kedua, yang diperingati oleh sebagian komunitas Yahudi sebagai malam Paskah (Yahudi) kedua, dapat jatuh pada Kamis malam. Reformasi penanggalan Paskah Dalam sebuah kongres Pan-Ortodoks tahun 1923, uskup-uskup Gereja Ortodoks Timur bertemu di Konstantinopel di bawah kepemimpinan Patriark Meletios IV. Di dalam kongres tersebut para uskup menyetujui Perubahan kalender Julian. Aslinya, kalender ini akan dapat menentukan tanggal Paskah berdasarkan perhitungan astronomis yang berlandaskan meridian Yerusalem. Namun negara-negara yang menggunakan revisi tersebut hanya menggunakan revisi-revisi hari-hari raya yang memiliki tanggal tetap pada kalender Julian, revisi rumus perhitungan tanggal Paskah tidak pernah diterapkan di keuskupan Ortodoks manapun. Pada pertemuan puncak Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD) di Aleppo, Suriah pada 1997, DGD mengusulkan reformasi penghitungan Paskah yang akan mempersatukan kembali kedua sistem yang ada (Barat/Gregorian dan Timur/Julian) dengan pengetahuan ilmu astronomis modern yang menghitung equinox musim semi astronomis dan bulan purnama di meridian Yerusalem, dan juga mengikuti Konsili Nicea I tentang penanggalan Paskah pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama. Perubahan yang diusulkan DGD ini akan menyelesaikan masalah penanggalan dan menghilangkan perbedaan di antara gereja-gereja (ritus) Timur dan Barat. Reformasi ini diusulkan mulai digunakan sejak 2001, namun hingga kini hal tersebut belum digunakan oleh anggota manapun
Jumat, 27 Januari 2017
Hyper Starburs, Ledakan Bintang Luar Biasa Petunjuk Evolusi Alam Semesta
Bintang yang dihasilkan dari ledakan besar ini berada di tingkat sekitar 4.500 kali massa matahari, salah satu tingkat tertinggi yang pernah terlihat.
Sebuah galaksi bernama MCG+07-33-027 terekam oleh Teleskop Kamera untuk Survey (ACS) Hubble NASA/ESA. Galaksi ini berjarak sekitar 300 juta tahun cahaya dari bumi. Biasanya galaksi menghasilkan beberapa bintang baru per tahun, namun galaksi ini mampu menghasilkan bintang beratus kali lipat dari biasanya. (ESA/Hubble & NASA and N. Grogin)
Sebuah galaksi baru ditemukan, dan sedang mengalami ledakan konstruksi bintang yang luar biasa menakjubkan, menurut sekelompok astronom yang dipimpin oleh mahasiswa pasca sarjana dari University of Florida Jingzhe Ma, yang menggunakan NASA CHANDRA X-Ray Observatory.
Galaksi yang diketahui sebagai SPT 0346-52 berjarak 12,7 miliar tahun cahaya dari bumi, terlihat pada tahap kritis dalam evolusi galaksi sekitar satu miliar tahun setelah Big Bang.
Para astronom yang pertama kali menemukan SPT 0346-52 menggunakan teleskop milik National Science Foundation South Pole. Data dari NSF/ESO Atacama Large Milimeter Submilimeter Array di Cili mengungkapkan tentang emisi inframerah yang sangat terang dan menunjukkan bahwa galaksi tersebut sedang mengalami ledakan yang luar biasa dari kelahiran bintang.
Namun, sebuah penjelasan alternatif mengatakan, apakah banyaknya emisi sinar inframerah ini disebabkan oleh sebuah lubang hitam supermasif yang berkembang pesat
di pusat galaksi? Gas yang jatuh ke arah lubang hitam akan menjadi jauh lebih panas dan lebih terang, menyebabkan sekitar debu dan gas yang bersinar dalam cahaya infra merah. Untuk menjelajahi kemungkinan ini, para peneliti menggunakan NASA’s Chandra S-ray Observatory dan CSIRO’s Australia Telescope Compact Array, sebuah teleskop radio.
Tidak ada sinar Xray ataupun gelombang radio yang terdeteksi, sehingga para astronom dapat menyingkirkan lubang hitam yang menjadi penyebab sebagai cahaya inframerah yang terang.
“Kami saat ini mengetahui bahwa galaksi ini tidak mempunyai lubang hitam yang sering mengisap, melaikan bersinar cerah dengan cahaya yang berasal dari bintang yang baru lahir,”kata Ma. “Hal tersebut memberikan kepada kita informasi tentang bagaimana galaksi dan bintang-bintang di dalammnya berevolusi selama awal zaman di alam semesta.”
Bintang-bintang yang terbentuk di tingkat sekitar 4.500 kali massa matahari setiap tahun di SPT0346-52, salah satu tingkat tertinggi yang pernah terlihat di dalam galaksi. Hal ini berbeda dengan galaksi bima sakti seperti Milky way yang hanya terbentuk sekitar satu massa matahari bintang baru per tahun.
“Para astronom menyebutnya dengan banyak formasi bintang ‘Starburst galaxies,’” kata UF astronomy Professor Anthony Gonzalez, yang turut menulis penelitian ini. “Istilah tersebut tampaknya tidak sesuai dengan galaksi ini, jadi kami menamainya dengan ‘hyper-starburst’ galaxy.”
Tingginya tingkat pembentukan bintang menyiratkan bahwa sebuah wadah gas dingin besar di galaksi sedang dikonversi menjadi bintang dengan efisiensi yang sangat tinggi.
Para astronom berharap bahwa dengan mempelajari lebih lanjut mengenai galaksi seperti SPT0346-52 mereka akan belajar lebih banyak mengenai pembentukan dan pertumbuhan galaksi masif dan lubang hitam supermasif di pusatnya.
“Selama beberapa dekade, para astronom telah mengetahui bahwa lubang hitam supermasif dan bintang-binrang di galaksi tuan rumah mereka tumbuh bersama,” kata rekan penulis Joaquin Vieira dari University of Illinois di Urbana.”SPT0346-52 menarik karena kita telah meneliti sebuah ledakan yang luar biasa dalam pembentukan bintang, namun belum menemukan bukti untuk pertumbuhan lubang hitam supermasif. Kami sangat ingin mempelajari galaksi ini lebih detil dan memahami apa yang memicu pembentukan binrang dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan lubang hitam.”
SPT0346-52 adalah bagian dari populasi gravitasi galaksi yang kuat yang ditemukan dengan SPT. Galaksi ini terlihat enam kali lebih terang dari sebelumnya jika dilihat tanpa lensa gravitasi, yang kemudian memungkinkan para astronom untuk melihat lebih detil dari yang mungkin digunakan.
Penyebab Cacat Bola Mata pada Astronaut Terungkap
Setelah bertahun-tahun berspekulasi dan melakukan penelitian, peneliti akhirnya menemukan penyebab cacat bola mata yang diderita astronaut.
Kelak dalam misi ke Mars, astronot masa depan akan meninggalkan perlindungan medan magnet milik bumi. Ketika menuju ke ruang angkasa, energi tinggi sinar kosmik galaksi akan melewati lambung kapal dan masuk ke tubuh mereka. Mungkin bisa membahayakan bagi kesehatan astronot. (Thinkstock)
Banyak astronot yang kembali ke Bumi setelah menjalani misi lama di ruang angkasa menderita pandangan kabur dan tak selalu membaik. Sekarang, setelah bertahun-tahun berspekulasi dan melakukan penelitian, peneliti akhirnya menemukan penyebabnya. Cacat mata itu disebabkan oleh cairan tumpah di sekitar otak menyumbat di daerah yang tak seharusnya, dan mengakibatkan pemampatan bola mata hingga merata secara permanen.
Kondisi ini disebut gangguan tekanan intrakranial visual, dan menimpa hampir dua pertiga astronaut yang menghabiskan waktu lama di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
NASA pertama kali mengidentifikasi sindrom misterius ini pada tahun 2005, ketika pengelihatan astronaut John Phillips berubah dari 20/20 menjadi 20/100 setelah enam bulan berada di orbit. Pemeriksaan fisik menyeluruh mengungkapkan bahwa di bagian belakang bola mata Phillips, entah bagaimana, telah menjadi datar, sehingga mempengaruhi saraf optik.
“Orang-orang awalnya tidak tahu apa penyebabnya, dan pada tahun 2010, muncul kekhawatiran karena beberapa astronaut mengalami perubahan struktural parah yang tak bisa kembali seperti semula setelah mereka pulang ke Bumi,” ujar Noam Alperin, penulis utama studi.
Para fisikawan NASA mengetahui bahwa ada sesuatu yang meningkatkan tekanan pada mata astronaut, tetapi mereka tidak bisa menjabarkan dengan jelas penyebabnya. Teori terkemuka menyatakan bahwa kondisi tersebut—entah bagaimana—terhubung ke redistribusi cairan vaskular (darah dan getah bening) pada gravitasi mikro.
Menurut NASA, hampir 68 ons cairan berpindah dari kaki para astronaut menuju kepala mereka selama di luar angkasa. Para ilmuwan menduga bahwa cairan inilah yang menyebabkan tekanan pada otak, dan mempengaruhi mata.
Namun, studi tentang fenomena ini yang dipublikasikan tahun lalu hanya menambah misteri baru.
Para peneliti mengukur tanda-tanda vital dari empat orang yang terbang di atas kapal Vomit Comet—pesawat yang naik turun dengan cepat, mensimulasikan keadaan tak berbobot selama 25 detik. Para ilmuwan terkejut ketika menemukan bahwa tekanan intrakranial benar-benar turun selama periode gravitasi nol.
Cairan otak
Alperin, seorang profesor radiologi dan teknis miomedis di Univeristy of Miami mengatakan bahwa peningkatan aliran cairan caskular ke kepala bukanlah masalah. Peneyebab utamanya ialah cairan serebrospinal (CSF) yang membantu meredam otak dari perubahan tekanan ketika tubuh kita menggeser posisi, seperti berdiri atau berbaring.
Perjalanan selama di luar angkasa mengacaukan sistem saluran yang telah disetel dengan baik karena kurangnya perubahan tekanan terkait postur ketika tinggal di lingkungan dengan gravitasi mikro.
Alperin dan rekan-rekannya mencapai kesimpulan ini dengan melakukan pemindaian MRI beresolusi tinggi kepada tujuh astronaut sebelum dan setelah misi antariksa yang lama. Kemudian mereka membandingkan hasil tersebut dengan hasil pemindaian sembilan astronaut yang terbang ke luar angkasa untuk waktu singkat.
Para peneliti menemukan bahwa tujuh astronaut yang menghabiskan waktu beberapa bulan di orbit memiliki volume CSF yang lebih tinggi dalam rongga tengkorak di sekitar mata. Ini meningkatkan tekanan di bagian belakang bola mata astronaut, menyebakan pendataran dan mengarah pada peningkatan penonjolan saraf optik.
Studi ini juga menjelaskan hasil membingungkan dari Vomit Comet sebelumnya. Meskipun volume cairan meningkat di daerah tertentu, namun ukuran otak tidak membengkak, sehingga menyebabkan tekanan intrakranial.
Meskipun akhirnya penyebab cacat mata ini berhasil terungkap, tetapi langkah penganggulangannya dan pengobatannya tidak ada. Untuk saat ini, cacat bola mata merupakan salah satu penyakit yang hanya bisa diatasi oleh para insinyur yang bekerja untuk mengembangkan gravitasi buatan yang efektif.
Selasa, 17 Januari 2017
Fakta Tragis Laika, Anjing Pertama yang Mengelilingi Orbit Bumi
Fakta Tragis Laika, Anjing Pertama yang Mengelilingi Orbit Bumi
Kisah perjalanan Laika, anjing pertama yang mengelilingi orbit Bumi disebut-sebut sebagai salah satu momen hebat dalam sejarah manusia.
Laika adalah proyek ambisius antariksa Uni Soviet yang menghebohkan media-media sedunia tahun 1957. Kala itu, ada 36 anjing yang dikirim ke angkasa luar, sebelum Yuri Gagarin menjadi manusia pertama yang mengelilingi Bumi.
Misi hewan ke angkasa luar adalah bagian dari persaingan Uni Soviet dan Amerika Serikat. Beberapa bulan Setelah berhasil menerbangkan Sputnik, satelit pertama di dunia, pesawat Laika, Sputnik 2 mengorbit. AS pun makin tertinggal dalam teknologi ini.
Media-media AS pun mengkritik keputusan Soviet mengirim anjing ke angkasa luar. Menurut laporan Majalah Time tahun 1957, media barat menyebut program itu sebagai, ‘tindakan barbar’.
Komentar yang paling keras datang dari media Inggris, mereka menulis, “Anjing itu akan mati, kita tak bisa menyelamatkannya.” Akibatnya, kedutaan Soviet di London terpaksa membuat suasana perayaan di kantornya dengan membuat pernyataan, “kami mencintai anjing.” Proyek ambisius itu berakhir dengan meledaknya Sputnik 2, wahana yang membawa Laika. Pada tahun 2002, sebuah laporan menyebut, anjing itu tewas dengan mengenaskan.
Berikut adalah fakta kematian tragis Laika. Anjing kampung yang dikorbankan demi proyek ambisius Soviet
1. Anjing Kampung
Sebelum ikut dalam program angkasa luar itu, Lakia tak punya rumah. Ia adalah anjing kampung yang kerap kali berkeliaran di jalanan Moskow.
Anjing-anjing kampung sepertinya diambil oleh pemerintah Uni Soviet. Sementara AS lebih memilih monyet untuk dikirim ke antariksa, Soviet merasa anjing lebih mudah untuk dilatih.
Mereka punya tim untuk mengambil anjing-anjing tak bertuan di jalanan. Tim yakin, kemampuan hidup anjing di jalanan dianggap bisa bertahan di kerasnya kondisi angkasa luar
Laika, si anjing betina bukan anjing pertama yang diluncurkan bersama roket. Ada anjing bernama Albina yang telah berhasil terbang ke orbit, namun kembali pulang dengan selamat.
Ada anjing lain bernama Muskha. Tapi selama pelatihan, anjing kampung itu merana. Ia takut hingga tak mau makan.
2. Mereka Tahu Laika Akan Mati
Tak seperti Albina, Laika tak bakal kembali pulang. Satelit terbaru itu tidak dilengkapi dengan pintu aman. Mereka tahu, Laika tak bakal selamat saat kembali pulang.
Laika akan menghabiskan waktu berhari-hari mengelilingi orbit Bumi dan ia akan dieutanasi dengan makanan beracun.
Laika dipilih karena misi itu sangat keras. Tadinya, Albina akan dipilih lagi, tapi dia tetap di Bumi untuk menghormati jasanya karena telah melakukan pekerjaannya dengan baik.
3. Proyek Ambisius
Sebenarnya, kematian anjing lucu itu bisa dielakkan. Rencana asli adalah Laika pulang ke rumah.
Namun, semua berubah karena Presiden Nikita Khrushchev. Ia melihat perjalanan Laika adalah propaganda dan ia ingin berlangsung dengan sempurna.
Sang presiden ingin Sputnik 2 terbang di 40 tahun Perayaan Revolusi Bolshevik.
Akibatnya, tim hanya mendapatkan 4 minggu persiapan menyiapkan satelit membawa makhluk hidup untuk ke angkasa luar… tapi tidak cukup untuk menyiapkan teknologi membawanya pulang.
4. Berminggu-minggu di Kandang Sempit
Sputnik 2 tak lebih besar dari mesin cuci. Di dalamnya, Laika bahkan tak punya tempat untuk berputar. Dan untuk memastikan ia tak bergerak, ia diikat.
Meski demikian, Laika masih bisa berdiri dan duduk.
Sebelum berangkat, dalam persiapannya, Laika dimasukkan ke dalam kandang yang sempit. Dia dikunci untuk mendapatkan kondisi klausterfobik selama 20 hari.
Dikunci dalam kandang, anjing biasanya akan sembelit meski diberi obat pencahar. Itu adalah satu-satunya cara agar anjing bisa beradaptasi di dalam satelit tersebut, kata para ahli.
5 Dimanja, Sebelum Akhirnya Tersiksa.
Sehari sebelum memulai misinya, Dr. Vladimir Yazdovsky membawa Laika ke rumahnya. Selama 4 minggu terkahir, Yazdovsky dekat dengan Laika.
Ia adalah orang yang mengambil Laika di jalanan, melatihnya dan yang menunjuknya dalam misi. Dr Yazdovsky membawa Laika pulang agar anak-anaknya bisa bermain dengannya.