Rahasia Si Cincin Saturnus

Baru-baru ini sekelompok peneliti berhasil mengukur kecerlangan dan temperatur cincin-cincin Saturnus secara lebih detil daripada sebelum-sebelumnya.

Fakta Tragis Laika, Anjing Pertama yang Mengelilingi Orbit Bumi

Kisah perjalanan Laika, anjing pertama yang mengelilingi orbit Bumi disebut-sebut sebagai salah satu momen hebat dalam sejarah manusia..

Penyebab Cacat Bola Mata pada Astronaut Terungkap

Setelah bertahun-tahun berspekulasi dan melakukan penelitian, peneliti akhirnya menemukan penyebab cacat bola mata yang diderita astronaut.

Hyper Starburs, Ledakan Bintang Luar Biasa Petunjuk Evolusi Alam Semesta

Bintang yang dihasilkan dari ledakan besar ini berada di tingkat sekitar 4.500 kali massa matahari, salah satu tingkat tertinggi yang pernah terlihat.

Bagaimana Perhitungan Tanggal Paskah dalam Kalender Yahudi?

Sistem kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan utama namun juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya.

Minggu, 27 November 2011

kamus astronomi


A
Albedo: perbandingan antara intensitas cahaya yang diterima dari Matahari dengan yang dipantulkan oleh permukaan planet. Bulan memiliki albedo 0,113 dan Bumi 0,367
Apfokus: jarak terjauh sebuah benda terhadap titik fokus elips orbitnya. Misalnya, jarak terjauh Bumi dari Matahari disebut dengan aphelion. Dalam sistem Bulan – Bumi, namanya apogee. Dalam sistem bintang ganda, namanya apastron. Bumi berada di aphelion saat bulan Juli.
Asensiorekta: salah satu besaran dalam koordinat ekuatorial yang mendefinisikan jarak antara titik gamma dengan benda langit. Asensiorekta dihitung sepanjang ekuator langit dari 0 – 24 jam.
Asteroid: benda kecil di tata surya, yang sangat banyak terdapat di antara orbit Mars dan Jupiter. Selain itu, ada juga NEA, Near Earth Asteroid atau asteroid di dekat Bumi.
Astrometri: cabang ilmu dalam astronomi yang mempelajari penentuan posisi objek langit. Contohnya penentuan orbit bintang ganda, asteroid, dan gerak diri bintang.
Astrofisika: cabang ilmu dalam astronomi yang mempelajari proses fisika yang terjadi di dalam objek langit. Seperti reaksi nuklir di dalam inti bintang dan proses hantaran energi dari inti bintang hingga ke atmosfernya.
Aurora: cahaya yang timbul di lapisan ionosfer akibat interaksi antara partikel bermuatan yang berasal dari angin Matahari dengan medan magnet planet. Di Bumi, aurora ada 2 macam, yaitu aurora Borealis (terlihat dari Bumi belahan utara) dan aurora Australis (terlihat dari Bumi belahan selatan).
B
Benda Hitam (Black Body): benda hipotetis yang menyerap semua energi yang diterimanya. Benda ini dapat didekati dengan membuat eksperimen berikut: sebuah benda berongga yang diberi lubang kecil dipanaskan. Apabila kita amati lubang yang ada di benda tersebut maka sifat pancaran energinya mendekati sifat benda hitam.
Bolide: bola api yang mengeluarkan suara bergemuruh, yang timbul ketika meteor melintas di udara.
Bulge: bagian pusat dari sebuah galaksi spiral yang menonjol, berbentuk spheroid yang ukuran tiga sumbunya berbeda.
C
Centaurus: rasi berbentuk setengah manusia dan setengah kuda yang berada di belahan langit selatan. Rasi ini berada sangat dekat dengan rasi Crux. Dua kakinya, dua bintang paling terang di rasi ini yaitu bintang Alfa dan Beta Centauri, menunjuk rasi Crux di sebelah baratnya.
Crux: rasi berbentuk salib/layang-layang yang berada di belahan langit selatan. Rasi ini menjadi salah satu penunjuk arah selatan yang cukup akurat.
D
Deklinasi: salah satu besaran dalam koordinat ekuatorial yang mendefinisikan jarak antara benda langit dengan ekuator langit. Dihitung dalam satuan derajat dari -90 – 0 – 90.
E
Ekuator langit: garis imajiner yang membagi langit menjadi dua bagian sama besar, yaitu belahan langit utara dan selatan.
Ekliptika: bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari. Bidang ini membentuk sudut sebesar 23,5 derajat dengan ekuator langit. Dapat juga dikatakan sebagai lintasan semu Matahari selama satu tahun di langit.
Elongasi: sudut yang dibentuk antara Matahari, Bumi, dan planet.
F
Fotosfer: bagian dari Matahari yang memancarkan cahaya.
G
Galaksi: kumpulan terbesar bintang-bintang di alam semesta. Memiliki bentuk dan ukuran yang bermacam-macam, seperti spiral, elips, dan tak beraturan. Galaksi Bimasakti (Milky Way Galaxy) berbentuk spiral.
Gerhana: peristiwa tertutupnya sebuah objek karena adanya objek yang melintas di depannya. Kedua objek yang terlibat dalam gerhana ini memiliki ukuran yang hampir sama jika diamati dari Bumi. Contohnya gerhana Matahari dan gerhana Bulan.
Grup Lokal (Local Group): kelompok kecil galaksi di sekitar Galaksi Bimasakti. Beranggotakan sekitar 30 galaksi, kelompok galaksi ini hanya beranggotakan sedikit galaksi yang berukuran besar, di antaranya adalah Bimasakti, Andromeda, Awan Magellan Besar, dan Awan Magellan Kecil.
Gugus bintang (star cluster): sekelompok bintang-bintang yang berdekatan karena dilahirkan pada daerah yang sama. Terdapat dua jenis gugus bintang, yaitu gugus terbuka dan gugus bola.
Gugus terbuka/galaktik (open cluster ): gugus bintang dengan bintang anggota berjumlah kurang dari 100 bintang. Ruang antar bintang terlihat renggang
Gugus bola (globular cluster): gugus bintang dengan bintang anggota berjumlah hingga jutaan bintang. Ruang antar bintang terlihat rapat.
H
Halo galaksi: komponen terbesar dari sebuah galaksi spiral. Diperkirakan bahkan membentang lebih jauh dari batas terjauh piringan yang bisa dilihat.
Horison: garis khayal yang membatasi wilayah langit yang dapat diamati dengan permukaan Bumi yang dipijak pengamat. Di laut yang luas, horison mempertemukan laut dengan langit.
I
Inklinasi: sudut yang terbentuk akibat dua bidang yang tidak terletak sejajar. Inklinasi ekliptika dengan ekuator langit adalah 23,5 derajat, inklinasi orbit Bulan dengan ekliptika adalah 5 derajat.
J
Jupiter: nama salah satu planet di tata surya kita.
K
Katai putih: salah satu tahapan akhir dari evolusi bintang yang terjadi ketika bintang menghembuskan selubungnya setelah menjadi planetary nebula dan hanya menyisakan bagian intinya saja. Matahari diyakini akan menjadi sebuah bintang katai putih.
Komet: benda kecil di tata surya yang terlihat memiliki ekor ketika melintas di dekat Matahari. Karena orbitnya yang sangat eksentrik, komet lebih sering diamati ketika berada di dekat Matahari saja. Contoh: komet Halley yang mendekati Matahari setiap 76 tahun sekali.
Konjungsi: konfigurasi yang terbentuk ketika planet – Matahari – Bumi berada pada satu garis lurus. Untuk planet dalam, formasi seperti itu disebut dengan konjungsi superior. Sedangkan konfigurasi Matahari – planet – Bumi disebut konjungsi inferior. Sudut elongasi planet saat konjungsi adalah 0° .
Kuadratur (timur dan barat): konfigurasi yang terbentuk ketika elongasi planet luar adalah 90° .
L
Leonid: salah satu nama hujan meteor yang terkenal karena jumlah meteornya sangat banyak dan spektakuler. Diambil dari nama rasi Leo yang menjadi titik radian/titik tempat meteor-meteor yang terjadi “berasal.”
M
Magnitudo: satuan yang digunakan untuk menyatakan kecerlangan suatu bintang/benda langit.
Meridian: garis khayal yang menghubungkan kutub utara langit dan kutub selatan langit dan memisahkan belahan langit sebelah timur dengan langit barat. Peristiwa saat objek langit melintasi meridian dari timur ke barat disebut juga transit.
Messier: nama katalog untuk 110 benda-benda langit yang menarik, berisi nebula, gugus bintang, dan galaksi. Nama Messier diambil dari nama penemunya, Charles Messier (1730-1817) seorang astronom Prancis.
Meteor: kilatan cahaya di langit yang diakibatkan oleh masuknya benda asing ke Bumi. Benda tersebut akan bergesekan dengan partikel di atmosfer Bumi sehingga memanas dan memijar. Benda ini bisa saja habis terbakar atau terus melaju hingga menumbuk permukaan Bumi.
Meteorit: meteor yang tidak habis terbakar di atmosfer dan menumbuk permukaan Bumi.
Meteoroid: benda yang ukurannya lebih kecil dari asteroid dan lebih besar dari atom yang terdapat di ruang angkasa dan menjadi benda yang menimbulkan meteor.
N
Nebula: sekumpulan gas dan debu yang memiliki kerapatan rendah. Dapat merupakan materi pembentuk bintang atau sebaliknya, merupakan sisa ledakan bintang (supernova).
O
Okultasi: peristiwa tertutupnya sebuah benda langit oleh benda langit lainnya yang lebih besar. Contohnya okultasi bintang oleh Bulan atau planet.
Oposisi: konfigurasi yang terbentuk ketika Matahari – Bumi – planet berada pada satu garis lurus. Sudut elongasi planet saat oposisi adalah 180° .
P
Parsek (parsec, pc): jarak objek yang memiliki paralaks sebesar 1 detik busur, yaitu sebesar 206265 SA atau 3.26 tahun cahaya.
Perifokus: jarak terdekat dari titik fokus untuk orbit elips. Apabila Matahari yang berada di titik fokus disebut dengan perihelion, bila bintang yang di titik fokus sebutannya adalah periastron. Bumi berada di titik perihelion pada bulan Januari
Polusi Cahaya: polusi karena cahaya yang menerangi langit malam. Hal ini sangat mengganggu pengamatan astronomi karena informasi dari langit datang dalam bentuk cahaya, sehingga jika lingkungan sekitar terlalu terang oleh cahaya lampu penduduk/jalan maka benda langit akan semakin sulit dilihat.
Phobos: salah satu satelit/bulan milik planet Mars.
Pluto: nama benda di tata surya yang sempat digolongkan sebagai planet sebelum tahun 2006. Karena bentuk orbitnya, Pluto bisa menjadi lebih jauh daripada Neptunus atau lebih dekat.
Pulsar: pulsating radio source. Sumber pemancar energi radio yang pancarannya berubah-ubah secara periodik.
Q
Quasar: quasi stellar object. Objek yang tampak seperti bintang (sumber cahaya titik) namun berjarak sangat jauh dan mengindikasikan bahwa objek ini berada di luar Galaksi. Diketahui sebagai galaksi yang memiliki bagian inti yang aktif (Active Galactic Nuclei)
R
Rasi: kumpulan bintang yang tampak berdekatan di langit dan membentuk benda khayal bila dibuat garis yang menghubungkan bintang-bintangnya.
Reflektor: jenis teleskop yang menggunakan cermin dalam sistem optiknya
Refraktor: jenis teleskop yang menggunakan lensa dalam sistem optiknya
S
Sabuk Van Allen: daerah di ruang angkasa dekat Bumi yang berbentuk donat yang berisikan partikel bermuatan
Satuan Astronomi, SA (Astronomy Unit, AU): jarak rata-rata Bumi – Matahari, sebesar 149.6 juta km, atau disederhanakan menjadi 150 juta km. Penggunaan jarak ini terbatas pada lingkup tata surya.
Supernova: peristiwa meledaknya bintang, yang menjadi tahapan akhir evolusi bintang bermassa besar.
T
Tahun Cahaya (light year, ly): jarak yang ditempuh cahaya dalam waktu 1 tahun. Kalikan kecepatan tempuh cahaya (300.000 km/dt) dengan jumlah detik dalam setahun. Hasilnya adalah 946 x 10^14 km atau 6324 AU. Jarak Matahari – Bumi adalah 8 menit cahaya.
Tata surya: sistem banyak benda yang bercirikan adanya sebuah benda dominan berupa bintang yang dikelilingi benda-benda lainnya yang lebih kecil. Hingga kini telah banyak ditemukan sistem tata surya di bintang lain, selain tata surya yang kita tinggali (Matahari dan 8 planetnya).
Teleskop: piranti optik astronomi yang membantu mata untuk mengamati benda-benda langit yang redup. Sistem kerja utamanya adalah mengumpulkan cahaya.
Transit: peristiwa melintasnya sebuah benda langit di meridian (disebut juga kulminasi atas). Arti lainnya adalah peristiwa melintasnya planet Merkurius atau Venus di depan piringan Matahari ketika diamati dari Bumi.
Trojan: kelompok asteroid yang berada di lintasan/orbit Jupiter, berjarak sudut 60 derajat di depan dan belakang Jupiter. Dengan demikian, asteroid ini mengorbit Matahari bersama-sama Jupiter dan tidak akan pernah menumbuk Jupiter.
U
Ultraungu: suatu daerah energi dengan panjang gelombang yang pendek dan energi tinggi.
V
Vernal equinox: suatu waktu di kala Matahari berada tepat di titik perpotongan antara ekliptika dengan ekuator, sehingga pada saat itu panjang siang dan malam di Bumi di semua tempat adalah sama. Terjadi pada tanggal 21 Maret. Bisa disebut juga sebagai equinox awal.
W
W-Virginis: nama bintang variabel yang terletak di rasi Virgo
X
X-ray: sinar X. Pancaran elektromagnetik dengan energi tinggi.
Y
Yerkes: nama sistem klasifikasi bintang berdasarkan luminositas.
Z
Zenith: titik di langit yang berada tepat di atas kepala. Lawannya adalah Nadir.
Zodiak: kelompok rasi yang dilewati ekliptika (Matahari) sepanjang tahun. Ada 12 rasi dalam zodiak yang dikaitkan dengan astrologi.

Selasa, 22 November 2011

kenapa bulan berwarna merah darah saat gerhana??

Secara teori, selama gerhana bulan total, bulan memang tidak akan tampak karena sinar matahari terhalang oleh bumi sehingga sinar matahari tidak akan dapat mencapai permukaan bulan. Namun, pada beberapa kasus gerhana bulan total, bulan akan tetap tampak. Tetapi tidak seperti biasanya yang berwarna putih cemerlang, bulan akan terlihat berwarna merah.


Hal ini seperti yang terjadi saat gerhana bulan total yang terjadi pada hari Kamis tanggal 16 Juni 2011 dini hari, bulan tidak hilang dari pandangan. Tetapi bulan tampak berwarna merah saat mengalami gerhana bulan total. Hal ini bisa terjadi karena bulan tetap terkena cahaya matahari. Walaupun cahaya tersebut bukan merupakan cahaya langsung dari matahari, melainkan cahaya yang dipantulkan atmosfer bumi dan mencapai permukaan bulan.

Sinar yang dipancarkan oleh matahari akan dibelokkan dan melalui tepi bumi. Lalu cahayanya akan tercermin ke bulan. Warna kemerahan bulan berasal dari sinar cahaya yang disaring oleh atmosfer bumi. Fenomena alam inilah yang akan membuat bulan bewarna merah.Efek visual yang sama juga lah yang menyebabkan kenapa matahari terbenam berwarna kemerahan.

Debu dan gas pada atmosfer akan menyerap gelombang warna biru dari sinar matahari. Cahaya yang berhasil lewat dari atmosfer akan tampak berwarna merah. Karena itulah bulan juga tampak berwarna merah. Atmosfer bumi bertindak seperti filter, yang menyerap sebagian besar cahaya berwarna biru dan menyisakan cahaya merah-oranye yang diteruskan ke permukaan bulan. Bulan akan berubah menjadi berbagai warna selama tahapan gerhana yang berbeda-beda. Mulai dari abu-abu, ke orange dan kuning.


Saturasi warna merah juga tergantung pada ketinggian Bulan. Saat Bulan lebih rendah, semakin banyak ia terkena cahaya yang dipantulkan atmosfer warnanya akan semakin merah. Selain itu, kecerahan warna juga dapat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer. Menurut Lembaga Antariksa AS (NASA), partikel ekstra di atmosfer, seperti dari letusan gunung berapi, dapat menyebabkan bulan berwarna semakin merah yang lebih gelap.

zodiak yang terus bergeser


Zodiak berdasarkan rasi bintang


Awal tahun ini, publik kembali dibingungkan dengan isu pergeseran zodiak. Sebagian orang tak mau ambil pusing karena tak percaya dengan zodiak yang bisa memengaruhi nasib mereka. Namun, sebagian yang lain menolak pergeseran itu karena akan mengubah zodiak mereka yang sudah dianggap cocok dengan karakter dirinya.
Munculnya isu pergeseran zodiak ini bukan untuk yang pertama kali. Sejak internet mulai dikenal luas pada akhir 1990-an, isu ini muncul berulang setiap beberapa tahun sekali.
Hal yang terjadi sesungguhnya adalah pencampuradukan antara ilmu astronomi dan astrologi. Zodiak dalam astrologi, sejak dulu hingga kini, berjumlah 12 buah dengan rentang waktu masing-masing zodiak adalah 30 hari. Sementara dalam astronomi, zodiak sejak dulu sampai sekarang berjumlah 13 buah dengan rentang waktu setiap zodiak 7-45 hari.
Zodiak
Zodiak merupakan rasi bintang yang terletak di garis ekliptika. Rasi bintang merupakan kelompok bintang-bintang yang terlihat dari Bumi seolah-olah berdekatan. Padahal, bisa jadi bintang-bintang itu tidak memiliki hubungan apa pun.
Sementara garis ekliptika adalah jalur semu Matahari mengelilingi Bumi. Disebut semu karena sejatinya Bumi-lah yang mengelilingi Matahari. Namun, bagi pengamat di Bumi, Matahari-lah yang terlihat bergerak.
Rentang waktu zodiak menunjukkan kapan Matahari melintasi zodiak tersebut. Dalam astronomi, rentang waktu Aries adalah 18 April-13 Mei. Artinya, Matahari melintasi rasi Aries pada tanggal tersebut.
Dalam astronomi, zodiak berfungsi mempermudah pencarian dan penamaan obyek-obyek langit, seperti bintang, galaksi, gugus galaksi, dan supernova. Keberadaan zodiak tidak memiliki hubungan apa pun dengan nasib manusia.
Persatuan Astronom Internasional (International Astronomical Union) sejak 1922-1930 telah menetapkan 88 rasi bintang di seluruh bidang langit, termasuk 13 rasi zodiak, lengkap dengan batas-batasnya.
Dalam astrologi, 12 zodiak merupakan salah satu unsur yang (dikatakan) memengaruhi nasib manusia. Astrolog Intan Ophelia dalam situs opheliaastrologi.com menyebutkan, zodiak bukanlah satu-satunya alat untuk meramalkan nasib seseorang, tetapi juga perlu melihat aspek lain, seperti posisi benda-benda langit lainnya, terutama planet.
Bangsa yang pertama kali menggunakan astrologi untuk meramal nasib adalah Babilonia, sekitar tahun 3000 Sebelum Masehi (SM).
Pedro Braganca dalam tulisan Your Astrological Sign May Not be What You Think It is di LiveScience pada 23 Oktober 2007 mengungkapkan rentang waktu zodiak dalam astrologi yang rata-rata 30 hari diperoleh dengan membagi sama panjang jalur lintasan semu Matahari sesuai jumlah 12 zodiak.
Dosen Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Ferry M Simatupang, mengatakan, tingkat ketelitian pengamatan dan penghitungan benda langit 4.000 tahun lalu tentu jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Kekurangakuratan penghitungan itulah yang membuat zodiak dalam astrologi berbeda dengan zodiak dalam astronomi.
Sejak digunakan tahun 3000 SM hingga kini, rentang waktu zodiak dalam astrologi tidak pernah mengalami koreksi, seperti yang dilakukan dalam astronomi. Perubahan kecil benda langit tidak akan tampak dalam rentang waktu tahunan, tetapi akan terlihat nyata bedanya dalam rentang waktu puluhan hingga ribuan tahun.
Pergeseran zodiak
Titik nol di garis ekliptika yang menjadi awal penentuan zodiak disebut sebagai Titik Aries karena titik tersebut berada di arah rasi Aries. Keberadaan Titik Aries ini sudah diketahui sejak 600 SM.
Dalam astronomi, Titik Aries menjadi perpotongan antara bidang ekliptika dan garis ekuator langit. Titik ini menjadi awal gerak semu Matahari di belahan langit utara serta penanda awal musim semi di belahan Bumi utara. Matahari akan kembali berada di Titik Aries dalam waktu satu tahun.
Ahli kalender dari Program Studi Astronomi ITB yang juga mantan Kepala Observatorium Bosscha Moedji Raharto mengatakan, posisi Titik Aries ini mulai bergeser sejak tahun 100 SM. Saat itu, posisi Titik Aries tak lagi berada di rasi Aries, tetapi sudah berada di rasi Pisces. Pergeseran ini akan berlangsung hingga tahun 2700.
“Jadi, pergeseran rasi ini bukan terjadi baru-baru saja, tetapi sejak 2.100 tahun yang lalu,” ia menegaskan.
Selanjutnya, Titik Aries akan bergeser lagi menuju rasi Akuarius antara tahun 2700 hingga 4400, ke arah rasi Capricornus antara tahun 4400 hingga 6300, dan seterusnya.
“Rentang waktu zodiak akan terus berubah dengan periode sekitar 2.500 tahun,” ujarnya.
Pergeseran Titik Aries yang memicu perubahan rentang waktu zodiak terjadi akibat gerak presesi Bumi. Gerak presesi adalah gerak perputaran Bumi pada sumbunya ketika pada saat yang sama Bumi juga bergerak mengelilingi Matahari. Gerak ini mirip gerak gasing yang berputar miring sembari melintasi jalur melingkar.
Gerakan sumbu Bumi itu membuat posisi ekuator Bumi bergerak. Perubahan posisi ekuator Bumi itu akan turut mengubah posisi ekuator langit. Akibatnya, perpotongan antara garis ekliptika dan ekuator langit yang disebut Titik Aries itu akan turut bergeser.
Gerak presesi membuat posisi Titik Aries bergeser 50,2 detik busur per tahun ke arah barat koordinat langit. Titik Aries akan kembali ke lokasi awalnya setiap 25.800 tahun sekali.
“Titik Aries akan kembali ke arah rasi Aries sekitar 23.000 tahun lagi,” katanya.
Moedji menambahkan, pergeseran Titik Aries yang sangat kecil ini tidak bisa dideteksi dengan teknologi astronomi yang ada pada awal tahun Masehi. Perubahan posisi bintang mulai bisa dideteksi oleh astronom Muslim sekitar tahun 900 M-1500 M dengan menggunakan alat yang disebut sextant.
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu astronomi, posisi benda-benda langit dapat dihitung dengan lebih akurat. Hasilnya, para astronom bisa mengukur waktu gerhana, gerak bintang, hingga waktu terbit dan tenggelamnya benda-benda langit dengan ketelitian tinggi.
Karena itu, perbedaan zodiak dalam astronomi dan astrologi tidak perlu dipertentangkan terus-menerus. Astronomi dan astrologi adalah dua hal yang berbeda walau memiliki akar sejarah keilmuan yang sama. Fenomena astronomi bisa dijelaskan sesuai metode ilmiah dan terukur, sedangkan astrologi sulit dibuktikan dengan metode ilmiah. Mau percaya atau tidak dengan ramalan bintang, itu adalah pilihan Anda.

Minggu, 20 November 2011

menjadi astronaut di NASA??? hmmm...gimana caranya ya?

kamu bercita-cita jadi seorang astronot ?. Siapkan diri kamu dari sekarang !. Bukan sesuatu yang tidak mungkin,kalo kamu punya semangat tinggi serta belajar sungguh-sungguh untuk meraih cita-cita tersebut,impian kamu untuk menjadi seorang astronot jadi kenyataan. Seorang astronot adalah gabungan sebuah karir,teknologi keren serta petualangan. Tetapi menjadi astronot di program luar angkasa AS tidak mudah, dan prosesnya bisa memakan waktu beberapa tahun.
Adapun syarat-syarat dasar untuk menjadi astronot meliputi:


* berkewarganegaraan AS (khusus untuk pilot dan spesialis misi)
* bergelar Sarjana teknik,biologi,fisika dan matematika dari perguruan tinggi terakreditasi atau
* Tiga tahun pengalaman dengan program terkait setelah mendapatkan gelar sarjana – Gelar master sama dengan satu tahun pengalaman, dan gelar doktor sama dengan tiga tahun.
* lulus dalam pemeriksaan NASA – untuk Pilot harus lulus Kelas I fisik; misi / spesialis muatan harus lulus Kelas II. Keduanya mirip dengan ujian penerbangan sipil dan militer.
* Untuk Pilot: berpengalaman lebih dari 1.000 jam terbang sebagai pilot dalam sebuah pesawat
* tinggi badan 162,5 cm sampai 193 cm untuk pilot,tb 148,5 cm sampai 193 cm untuk misi.


Untuk melamar menjadi seorang astronot, seseorang diharuskan mengisi formulir yang sesuai dan kemudian diserahkan kepihak NASA . Setelah pengajuan kamu diterima oleh fihak NASA,kemungkinan NASA akan memanggil sipelamar dalam rentang waktu satu minggu untuk wawancara pribadi, tes medis dan orientasi. Semua kinerja pelamar akan disaring dan dievaluasi, dan jika beruntung, seorang pelamar tersebut mungkin diterima sebagai calon astronot. NASA mengumumkan calon astronot setiap dua tahun, memilih sekitar seratus laki-laki dan perempuan dari ribuan pelamar
Selama periode pelatihan, seorang pelamar yang lulus diwajibkan mengambil kelas dalam ilmu dasar. Diantaranya : matematika, astronomi, fisika, geologi, meteorologi dan oseanografi,serta sistem ruang, teknologi (navigasi, mekanika orbital, bahan pengolahan), dan antar-jemput. Juga akan dilatih dalam teknik survival darat dan laut, SCUBA, gayaberat mikro, lingkungan tinggi dan tekanan rendah, dan pakaian ruang. Selain itu,calon astronot akan diuji berenang dengan panjang kolam renang 25 meter dengan berpakaian terbang dan sepatu tenis, dan berjalan menapak didasar kolam selama 10 menit. Jika melamar untuk jadi seorang pilot , akan dilatih dipesawat jet T-38 milik NASA dan pesawat ulang-alik pelatihan minimal 15 jam setiap bulan,serta misi spesialis terbang empat jam setiap bulan. Pada akhir periode pelatihan selama dua-tahun, seorang pelamar yang lulus mungkin akan dipilih menjadi astronot,setelah itu pelatihan akan dilanjutkan pada berbagai aspek operasi pesawat ruang angkasa dengan dimulai sebagai kandidat astronot dengan bantuan seorang instruktur. Kemudian akan dilatih di simulator untuk pra-peluncuran, peluncuran, orbit, masuk dan mendarat. Tergantung pada apakah seseorang mengambil spesialis pilot atau misi,maka dari itu seorang calon astronot akan diberi pelajaran bagaimana menggunakan lengan robot pesawat untuk memanipulasi kargo,selanjutnya dilanjutkan pelatihan generik sampai layak untuk dipilih menjadi seorang astronot.
Setelah terpilih dalam misi penerbangan,seorang calon astronot akan menerima pelatihan khusus untuk misi setidaknya 10 bulan sebelum penerbangan. Ini termasuk pelatihan dalam simulator penerbangan, maket skala penuh dari stasiun antar-jemput dan ruang, dan pelatihan di bawah air untuk simulasi berjalan diruang angkasa nantinya.
Ada tiga jenis astronot dalam program luar angkasa AS:


* Komandan / pilot
* Misi spesialis
* Payload spesialis
Komandan bertanggung jawab atas misi, kru dan kendaraan. Pilot membantu komandan dalam mengoperasikan kendaraan dan menggunakan satelit. Spesialis misi bekerja dengan komandan dan pilot dalam operasi antar-jemput, melakukan spacewalks dan melakukan eksperimen. Spesialis muatan melaksanakan tugas khusus sebagai misi .
So,belajarlah sungguh-sungguh dari sekarang !! Siapa tau kamu sukses jadiseorang astronot pertama bagi orang Indonesia.

Sabtu, 19 November 2011

wah..planet x ternyata bukan planet nibiru

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?
Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.
Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.

Kuiper Belt Objects (KBOs)
Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuiper. Kredit : NASA

Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.
Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.
Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA

Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.
“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” – Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.

Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.
Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?
Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.
Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.

Jumat, 18 November 2011

Fobos-Grunt, (Calon) Rongsokan Antariksa Baru, (Bakal) Jatuh 26 November 2011

Dia hanya nampak sebagai titik cahaya redup yang bergerak sangat cepat di latar depan bintang-bintang. Sebagian dari kita, bila kebetulan menyaksikannya, mungkin akan menganggapnya hanyalah meteor, ndaru, benda pusaka terbang atau hal-hal mistis lainnya. Namun sejatinya dia adalah Fobos-Grunt, wahana antariksa yang berpotensi menjadi sampah antariksa baru. Andaikata tak ada yang bisa dilakukan para operator pengendalinya hingga 21 November 2011 mendatang, maka Fobos-Grunt akan benar-benar jadi sampah antariksa dan bakal jatuh sekitar 26 November 2011 mendatang. Dan jangan kaget, Indonesia menjadi salah satu kawasan yang diprediksi berpotensi menjadi lokasi jatuhnya wahana antariksa bermasalah ini.
Wahana antariksa Fobos-Grunt saat masih dalam perakitannya. Sumber : Wikipedia, 2011

Bermasalah? Ya. Misi antariksa Fobos-Grunt yang digawangi badan antariksa Rusia (Roscosmos) salah satunya bertujuan mempertahankan supremasi Rusia di angkasa khususnya dalam misi antarplanet. Betapa tidak, untuk urusan misi ke Mars saja, sudah lebih dari 20 tahun Rusia (sejak masih bernama Uni Soviet) terpaksa bertekuk lutut dikangkangi NASA. Pada tahun 1988 misalnya, misi antariksa Phobos-2 yang sudah hampir sampai ke Phobos, salah satu satelit alami Mars , mendadak mati tanpa sebab jelas. Nestapa berulang di tahun 1996 saat misi antariksa Mars-96 yang ambisius justru jatuh tercebur di Samudera Pasifik pasca peluncuran yang bermasalah. Mars-96 bikin repot banyak pihak karena membawa generator radioaktif pemasok listrik. Sebaliknya di belahan dunia yang lain, NASA berpesta-pora dengan keberhasilan misi-misi antariksa Mars Pathfinder dengan rover Sojourner-nya, Mars Global Surveyor, Mars Odyssey, Mars Reconaissance Orbiter dan terakhir Mars Exploration Rovers yang masih aktif hingga kini. Meski pada periode yang sama NASA pun kehilangan Mars Observer di tahun 1993 serta Mars Climate Observer dan Mars Polar Lander di tahun 1999.
Phobos, salah satu satelit alami Mars, dari jarak dekat. Sumber : Wikipedia, 2011

Berbeda dengan NASA yang lebih suka mengirim satelit pemantau Mars atau robot penjelajah untuk analisis in-situ (analisis di lokasi), Fobos-Grunt dirancang sebagai kelanjutan Luna, misi antariksa kebanggaan Rusia yang berhasil membawa pulang sampel tanah dan batuan Bulan tanpa mengirim manusia ke sana. Fobos-Grunt akan didaratkan di permukaan Phobos, mengambil hingga 200 gram sampel tanah/batuannya untuk kemudian dikirim kembali ke Bumi. Fobos-Grunt juga akan menyelidiki bagaimana lingkungan dan atmosfer Mars bila diamati dari salah satu satelitnya. Dan yang paling kontroversial, Fobos-Grunt juga akan mengevaluasi apa yang terjadi dalam perjalanan antariksa jangka panjang (3 tahun) terhadap kehidupan bakteri-bakteri yang hidup di lingkungan ekstrem (ekstemofil). Inilah yang membuat Fobos-Grunt menerima kritik keras dari berbagai penjuru, sebab tak ada jaminan wahana antariksa ini bisa mendarat dengan aman di Phobos. Jika terjadi pendaratan keras, sehingga semuanya rusak, maka bila kapsul berisi bakteri tersebut bocor, terjadilah pencemaran mikrobial di Phobos dan ini melanggar perjanjian antariksa yang disepakati AS-Rusia. Kemungkinan ini bukannya mustahil, sebab tatkala terjadi tragedi pesawat ulang-alik Columbia (yang hancur di atmosfer dalam perjalanan pulangnya), ternyata sejumlah ekstremofil yang dibawanya tetap bertahan hidup meski menderita paparan suhu tinggi.
Namun Fobos-Grunt maju terus. Peluncuran pun dilaksanakan dari kosmodrom Baikonur (Kazakhstan) menggunakan roket Zenit-2SB pada 8 November 2011 lalu. Bersamanya diluncurkan pula wahana antariksa Yinghuo-1 milik Cina, yang bakal menjadi satelit pengorbit Mars pertama milik negara tirai bambu itu. Usai peluncuran, Fobos-Grunt dan Yinghuo-1 dijadwalkan akan menempati orbit sementara (parking orbit) guna menyesuaikan diri, untuk kemudian roket tingkat-atas Fregat pun dinyalakan yang akan mendorongnya keluar dari pengaruh gravitasi Bumi dan memulai perjalanan antar planet. Fobos-Grunt dijadwalkan tiba di tujuan pada Februari 2013, sementara sampel tanah/batuan Phobos dan kapsul berisi bakteri ekstremofil dijadwalkan bakal kembali ke Bumi pada Agustus 2014.
Faktanya, Fobos-Grunt ternyata tak pernah bisa keluar dari pengaruh gravitasi Bumi. Segera setelah roket Zenit-2SB menempatkannya di orbit sementara yang memiliki perigee 207 km dan apogee 347 km dengan inklinasi 51 derajat, Fobos-Grunt ternyata masih tetap berada di orbit yang sama hingga sekarang. Rupa-rupanya roket pendorong Fregat macet, sehingga orbit sementara kedua yang seharusnya ditempatinya yakni dengan perigee 250 km dan apogee 4.710 km, tak pernah dicapai. Para teknisi Roscosmos masih berjuang keras agar bisa menyalakan Fregat atau mengalihfungsikan Fobos-Grunt menjadi satelit pengorbit Bumi. Namun hingga 13 November 2011 para pengendali misi tidak berhasil membuat kontak radio dengan wahana antariksa ini. Kerja keras itu hanya dibatasi hingga 21 November 2011, selepas itu situasi yang lebih buruk akan terjadi.
Macetnya Fobos-Grunt tak sekedar memperpanjang nestapa Rusia akan misi antariksa ke Mars sejak 1998. Sebab wahana antariksa berbobot 13,2 ton ini juga membawa 8,3 ton bahan sangat beracun yakni hidrazin dan nitrogen tetroksida. Keduanya adalah bahan hipergolik, yakni substansi yang akan menyala sendiri saat saling bercampur dan selama ini dikenal sebagai bahan bakar roket yang andal. Meskipun sejumlah pihak beranggapan seluruh hidazin dan nitrogen tetroksida itu akan menguap habis tatkala Fobos-Grunt terbakar di atmosfer dalam kejatuhannya, tetap terdapat kekhawatiran. Karena ada kemungkinan keduanya membeku sebelum Fobos-Grunt jatuh, sehingga tatkala terbakar di atmosfer, ada bagian yang tersisa dari hidrazin dan nitrogen tetroksida ini sehingga dapat terdispersi di Bumi.
Dan yang mencemaskan, pada 26 November 2011 mendatang, Fobos-Grunt diestimasikan melintas di wilayah Indonesia. Sehingga negeri ini menjadi salah satu kawasan yang berpotensi kejatuhan wahana antarika bermasalah yang membawa bahan sangat beracun ini.
Jejak lintasan wahana antariksa Fobos-Grunt di Indonesia pada 26 November 2011 dini hari.

Jejak lintasan wahana antariksa Fobos-Grunt di Indonesia pada 26 November 2011 tengah hari.

Jejak lintasan wahana antariksa Fobos-Grunt di Indonesia pada 27 November 2011 dini hari.

kalender astronomi November-Desember 2011

November 2011
10 – Bulan Purnama. Berarti tanggal 3 dan 4 November kita shaum, tanggal 5 November adalah Hari Raya Idul Adha, tanggal 6-8 November adalah hari Tasyrik (ga boleh shaum), dan tanggal 9 dan 10 November kita shaum ayyamul bidh.
17 dan 18 – Hujan Meteor Leonids. Hujan meteor ini memiliki siklus puncak setiap 33 tahun dimana ratusan meteor dapat terlihat setiap jamnya. Terakhir terjadi pada tahun 2001. Hanya saja untuk sekarang, hujan meteor ini dapat dilihat pada tanggal 13-20 November, tetapi puncak hujan meteor ini selalu jatuh pada tanggal 17 dan 18 November. Pada 2 hari tersebut akan terlihat sekitar 40 meteor per jam. Baiknya dilihat ke arah timur setelah tengah malam di sekitar konstelasi Leo.
25 – Bulan Baru. Berarti seharusnya tanggal 1 Muharram. Ganti tahun hijriah jadi 1433.
25 – Gerhana Matahari Sebagian. Hanya dapat terlihat di Antarktika dan sebagian dari Afrika utara dan Tasmania. Berarti Indonesia gak kebagian lagi

Desember 2011
10 – Bulan Purnama. Berarti tanggal 8-10 Desember kita shaum ayyamul bidh.
10 – Gerhana Bulan Total. Dapat terlihat di sebagian besar Eropa, Afrika timur, Asia, Australia, Samudra Pasifik, dan Amerika utara. Di Indonesia keliatan lagi lho!!!
13 dan 14 – Hujan Meteor Geminids. Sebenarnya hujan meteor ini dapat dilihat pada tanggal 6-19 Desember, tetapi puncak hujan meteor ini jatuh pada tanggal 13 dan 14 Desember. Pada 2 hari tersebut akan terlihat sekitar 60 meteor multiwarna per jamnya. Baiknya dilihat ke arah timur setelah tengah malam di sekitar konstelasi Gemini.
21 – Winter Solstice terjadi di belahan Bumi bagian utara pada 15:30 UT. Matahari sedang pada titik terendahnya di langit dan hari ini akan menjadi siang paling sebentar dalam setahun. Hari ini juga merupakan hari pertama di musim dingin.
24 – Bulan Baru. Berarti seharusnya tanggal 1 Safar.

menit-menit awal alam semesta

Seperti diketahui, Big Bang atau Dentuman besar merupakan sebuah kejadian yang memicu terbentuknya alam semesta. Tapi meskipun demikian, informasi akan apa yang terjadi di era Nukleosintesis Dentuman Besar ketika alam semesta baru berusia beberapa detik sampai beberapa menit belumlah benar-benar diketahui.
Lantas apa yang harus dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi dahulu? Jelas tidak mungkin jika manusia pergi ke masa itu, namun ekstrapolasi hukum fisika bisa membawa manusia untuk menelusuri kembali apa yang terjadi sekarang sampai ke waktu terjadinya nukleosintesa. Penelusuran itu bisa berlanjut lebih jauh ke masa lalu untuk memberi susunan dan gambaran akan apa yang sebenarnya terjadi di masa awal alam semesta. Tapi sejauh mana bisa berekstrapolasi menuju singularitas masih menjadi perdebatan tapi disepakati waktunya tidak lebih awal dari epoh Planck atau 10-43 detik.
Dentuman Besar
Ilustrasi saat dentuman besar atau big bang terjadi. kredit : Particle Physics Laboratory, Annecy-le-Vieux, France

Saat alam semesta didominasi oleh materi dan radiasi, gaya tarik gravitasi antara seluruh partikel cenderung memperlambat laju pengembangan alam semesta. Hal berbeda terjadi ketika alam semesta masih lebih kecil dan rapat. Saat itu, laju pengembangan besarnya tidak terbatas. Titik inilah yang disebut singularitas yang mengacu pada Dentuman Besar.
Dentuman besar merupakan titik awal proses pengembangan alam semesta. Sekitar 13,7 milyar tahun lalu, bagian alam semesta yang bisa dilihat sebenarnya hanya beberapa milimeter dan untuk sampai ke kondisi sekarang terjadi pengembangan dari kondisi yang panas dan rapat mejadi alam semesta yang luas dan lebih dingin.
Dua pilar utama yang membangun model dentuman besar adalah teori relativitas umum Einstein dan prinsip kosmologi
Dalam teori yang diajukan Einstein, dinyatakan bahwa teori gravitasi Newton hanya bekerja pada benda diam atau benda yang bergerak sangat lambat dibanding kecepatan cahaya. Dalam kasus relativitas umum, gravitasi tidak lagi digambarkan sebagai medan gravitasi melainkan sebagai kelengkungan ruang-waktu. Di sini terdapat hubungan antara massa-waktu dan massa-energi yang saling mempengaruhi. Distribusi massa-energi menentukan bentuk kelengkungan ruang-waktu dan kelengkungan ruang-waktu mempengaruhi bagaimana massa-energi bergerak di dalamnya. Fisikawan John Wheeler menggambarkan dengan baik saat berkata, “Materi memberitahu ruang-waktu bagaimana untuk melengkung dan ruang-waktu memberitahu materi bagaimana untuk bergerak”.
Setelah Relativitas Umum diperkenalkan, sejumlah ilmuwan termasuk Einstein, berusaha untuk menerapkan dinamika gravitasi yang baru ini pada alam semesta secara keseluruhan.
Pada saat itu, untuk menerapkan dinamika tersebut membutuhkan asumsi mengenai bagaimana materi di alam semesta terdistribusi. Asumsi sederhananya, jika kita melihat isi alam semesta, maka ia akan tampak sama dimanapun dan sama disetiap arah. Dengan kata lain prinsip kosmologi menyatakan bahwa dalam skala besar, alam semesta berada dalam keadaan homogen dan isotropi serta pengamat tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta. Homogen memberi arti dimanapun pengamat berada di alam semesta ia akan mengamati hal yang sama. Sedangkan isotropi artinya ke arah manapun pengamat memandang ia akan melihat hal yang sama. Dengan demikian tidak ada tempat istimewa di alam semesta. Model ini menyatakan bahwa alam semesta seharusnya mengembang dalam jangka waktu berhingga, dimulai dari keadaan yang sangat panas dan padat.
Era Nukleosintesis Dentuman Besar
Era nukleosintesis Dentuman Besar dimulai satu menit setelah terjadinya Dentuman Besar saat alam semesta cukup dingin untuk membentuk proton dan netron setelah bariogenesis.

Nukleosintesa mengacu pada pembentukan elemen berat, inti atom dengan banyak proton dan netron dari reaksi fusi elemen ringan. Teori Dentuman Besar memberi prediksi kalau alam semesta sangat dini merupakan tempat yang luar biasa panas. Satu detik setelah Dentuman Besar, temperatur alam semesta hampir 10 milyar derajat dan terisi oleh lautan netron, proton, elektron, anti-elektron (positron), foton dan nutrino. Ketika alam semesta mendingin, netron akan meluruh menjadi proton dan elektron atau bergabung dengan proton membentuk deutrium (isotop hidrogen). Pada saat 3 menit awal di alam semesta, deutrium bergabung membentuk helium. Didapati juga jejak sejumlah lithium yang terbentuk pada masa ini. Perisitiwa ini berlangsung sekitar 17 menit, sampai temperatur alam semesta turun sedemikian rupa, sehingga tidak tersedia cukup energi yang memungkinkan peristiwa ini untuk terus terjadi.  Nah, proses pembentukan elemen ringan di alam semesta dini inilah yang disebut Nukleosintesa Dentuman Besar.
Ciri lain alam semesta yang juga tidak biasa adalah keteraturannya – dalam hal ini distribusi galaksi seragam dalam skala besar dan latar belakang gelombang mikro menunjukan bukti kuat kalau materi terdistribusi lebih teratur di masa yang awal. Keseragaman ini tidak biasa karena simpangan kecil cenderung bertumbuh seiring waktu saat area yang sangat padat runtuh membentuk bintang dan galaksi. Tapi kecepatan cahaya yang terbatas justru memberi kejutan yang lain.
CMB (cosmic microwave background/latar belakang gelombang mikro kosmik), menunjukan rupa alam semesta setelah 370000 tahun setelah Dentuman Besar. Dan setelah diamati bagian-bagian CMB secara terpisah, tampak juga area alam semesta yang terpisah lebih dari 370000 tahun cahaya. Dengan kata lain, waktu yang ada tidak cukup bagi sinyal berpindah dari satu area ke area lainnya. Pertanyaannya bagaimana area yang terpisah tersebut tahu bahwa mereka harus memiliki temperatur yang sama? Bagaimana mereka berkomunikasi? Inilah yang disebut sebagai masalah horison.
Horison secara sederhana bisa disebut sebagai batas pandang terhadap sesuatu yang bisa diamati dan yang belum diamati. Alam semesta memiliki usia yang terbatas (13,7 milyar tahun) sehingga pengamat hanya bisa melihat pada jarak yang terbatas di angkasa yakni 13,7 milyar tahun. Model Dentuman Besar tidak memberi gambaran area di angkasa yang berada diluar horison pengamat , yang bisa saja memiliki ruang waktu yang berbeda.
Inflasi
Masalah horison punya solusi yang cukup populer dan diterima. Ide yang disebut sebagai inflasi. Bayangkan kalau di masa awal, alam semesta harus melewati periode dimana sesaat lamanya ia didominasi oleh sejumlah besar
energi gelap, yang kemudian secara tiba-tiba meluruh menjadi materi dan radiasi. Peningkatan energi gelap ini menyebabkan alam semesta mengalami percepatan dengan laju yang sangat fantastik dan mengembang secara eksponensial dalam waktu singkat. Bahkan satu kedipan matapun lebih lambat dari inflasi alam semesta. Inflasi terjadi dalam waktu kurang dari 1 detik dari 10–36 -  10–32 detik.  Akibatnya titik-titik di alam semesta yang tadinya berdekatan, berpisah dengan cepat. Jadi area yang terpisah jauh dan diamati di CMB sebenarnya bertetangga dan saling kontak di masa awal.


Inflasi atau alam semesta mengembang dnegan laju eksponensial

Inflasi diperlukan untuk memecahkan masalah kurvatur alam semesta maupun masalah horizon. Dengan adanya inflasi maka horizon alam semesta bisa diperbesar sampai keadaan dimana partikel-partikel berada dalam lingkup horizon dan bisa slaing berkomunkiasi. Selain itu dengan pengembangan alam semesta secara tiba-tiba (eksponensial) maka setelah alam semesta mengalami inflasi, setelah itu ia akan mengembang mengikuti model standar dan pada akhirnya bisa mencapai keadaan saat ini. Tanpa inflasi evolusi alam semesta mungkin sudah mencapai masa akhirnya (kehancuran besar untuk alam semesta tertutup) atau kondisi dimana temperatur alam semesta mencapai suhu 3 K terjadi jauh sebelum sekarang.
Tapi yang masih menjadi pertanyaan adalah, sampai saat ini tidak ada model spesifik dari inflasi. Dengan kata lain, belum diketahui energi gelap seperti apa yang mendominasi alam semesta di masa awal ataupun bagaimana energi gelap itu berubah menjadi materi dan radiasi. Inflasi memang menjadi jawaban dari beberapa pertanyaan namun tetap rasa ingin tahu tentang asal usul alam semesta maupun apa yang memicu terjadinya inflasi masih terus ada dan menjadi PR bagi para kosmolog untuk menjawabnya.

godzillanya teleskop

Bagaimana mempelajari langit di dalam ilmu astronomi? Tentunya dengan memandangi langit dan mempelajari apa yang tampak di sana. Dari awal peradaban, jauh sebelum ditemukan adanya teleskop, mata adalah alat utama untuk mengidentifikasi, mempelajari, dan memahami benda-benda yang ada di langit. Dengan ditemukannya teleskop, maka pembelajaran tentang langit semakin mendalam dan semakin mendalam lagi, sehingga manusia bisa mendapatkan informasi yang lebih baik lagi.
Pengamatan langit dimulai dari Galileo yang mempelajari bahwa ternyata ada benda-benda yang mengikuti Jupiter, yang dikenal sebagai bulan-bulan Jupiter; adanya bintik-bintik di Matahari, dan banyak lagi hal-hal lain. Setelah ada teleskop, penemuan benda-benda yang awalnya tidak dapat dilihat oleh mata menjadi semakin banyak. Karena itu, teleskop bisa dikatakan sebagai suatu revolusi dalam astronomi.
Teleskop sebetulnya hanyalah alat bantu, karena prinsip kerja teleskop itu sebetulnya membantu mata bekerja dalam mengumpulkan cahaya!
Semakin banyak cahaya terkumpul, semakin redup objek yang bisa tertangkap dan semakin detail citra yang teramati. Oleh karena itu, dengan semakin berkembangnya teknologi, maka semakin banyak upaya untuk mengembangkan teleskop yang bisa mengumpulkan cahaya, untuk bisa mengamati obyek yang saat ini belum teramati. Bagaimana caranya mengumpulkan cahaya? Tentu saja dengan ‘membuka mata’ teleskop semakin lebar dan semakin lebar supaya semakin banyak cahaya yang masuk.
Tidak lama lagi, akan banyak dioperasikan Teleskop Yang Sangat Besar (Extremely Large Telescope/ELT); yang sudah mampu berfungsi untuk menjawab keingintahuan manusia akan alam semesta kita.

Misteri Alam Semesta
Sebetulnya, apa yang hendak dicari oleh astronom dengan teleskop yang semakin canggih dan semakin canggih? Banyak hal yang dicari oleh astronom di dalam alam semesta, sebut saja:
  • Planet-planet batuan serupa Bumi, yang mengindikasikan adanya air dan oksigen di dalamnya.
  • Mendeteksi supernova alam semesta awal untuk menjadi pengukur kapan dan bagaimana bintang-bintang yang paling awal ada dan terbentuk.
  • Mengembangkan teori yang bisa diuji dari keberadaan “energi gelap”.
  • Mempelajari bintang-bintang di galaksi lain untuk memahami bagaimana bintang-bintang tersebut terbentuk.
  • Memetakan dinamika spektrum merah-infra tinggi dari berbagai galaksi dalam halo materi-gelap untuk mempelajari struktur dan perilaku alamiahnya.
Daftarnya pun bisa bertambah, karena masih banyak misteri yang belum terjawab. Karena itu, astronom membutuhkan lebih banyak ELT yang lebih baik lagi, seperti juga ahli biologi yang membutuhkan mikroskop yang lebih baik lagi.
Tetapi, teleskop pun bukan tanpa keterbatasan. Semua teleskop dibatasi oleh kejernihan citra, atau resolusi optis yang bergantung pada seberapa besar diameter bukaan teleskop. Oleh karena itu, para astronom selalu berupaya membuat teleskop yang “mata”-nya semakin lebar dan semakin lebar sehingga semakin dapat memperjelas citra dan mendapatkan obyek yang lebih redup dan lebih redup. Maka, teknologi terkini juga menerapkan Adaptive-Optics (AO) yang memungkinkan untuk membuat citra menjadi lebih tajam dengan mengatasi turbulensi atmosfer, yang sebelumnya membuat bintang tampak berkelip-kelip.
Dan teleskop sejenis tersebut akan lebih mudah dibangun di permukaan Bumi, alih-alih mengirimkan teleskop ke luar angkasa seperti Hubble Space Telescope. Nah, mari kita lihat “godzilla-godzilla” teleskop yang akan segera hadir untuk mengamati langit.
Awas Godzilla-nya Teleskop!
Yang pertama, Giant Magellan Telescope (GMT), alias Teleskop Raksasa Magellan. Yang namanya raksasa, pastilah seperti itu adanya. Teleskop ini mempunyai cermin sebanyak 7 buah, seukuran 8,4 meter! Lensa gelas yang akan dipasang ini dibuat oleh Laboratorium Cermin milik Observatorium Steward di Universitas Arizona. Bukaannya sebesar 24,5 meter, tersusun dari 7 cermin seukuran 8,4 meter, seharga US$ 625 juta, yang didanai oleh banyak institut di amerika. Detilnya bisa dilihat dari www.gmto.org.
Ketika ketujuh cermin tersebut tergabung menjadi satu cermin utama, maka GMT mempunyai kekuatan untuk dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak dibanding teleskop pendahulunya, dengan bukaan sebesar 6,5 meter, yaitu Teleskop Walter Baade dan Landon Clay di Observatorium Las Campanas di Chili. Dengan begitu, ia bisa mendeteksi obyek yang lebih redup, 130 kali lebih cepat, menggunakan teknologi AO yang terkini.
GMT juga akan dipasang di Chili, sekitar tahun 2010-2016. Elemen yang mengoreksi, termasuk cermin kedua yang tersegmen dan fleksibel akan mengecilkan pengaruh aberasi sferis dan kaburnya gambar akibat pergerakan atmosfer. Dengan kuda-kuda yang kokoh untuk menahan angin gunung yang kencang, disertai perangkat lunak pengendali teleskop secara menyeluruh, maka raksasa ini secara radikal ditunjang oleh teknologi terkini dengan sistem mekanis yang besarnya tidak tanggung-tanggung.
kredit gambar : Newscientist

Yang kedua, Thirty Meter Telescope (TMT), alias Teleskop Tiga Puluh Meter, yang tersusun dari 492 segmen, seukuran lebar mata 30 meter untuk memandangi alam semesta, akan hadir pada pertengahan dekade mendatang. Teleskop ini dirancang untuk mengumpulkan cahaya sampai sembilan kali lebih banyak  dibandingkan dengan yang sekarang, berukuran 10 meter Keck. Teleskop ini dapat menangkap objek yang 10 kali lebih redup dengan resolusi spasial (ruang) tiga kali lebih baik. Beberapa insinyur yang membangun Keck juga bekerja pada proyek ini juga menggabungkan tiga konsep sebelumnya: California ELT, Teleskop Cermin Raksasa dengan cermin yang tersegmentasi milik NOAO (National Optical Astronomy Observatory’s) dan Teleskop Optis Sangat Besar milik Kanada.
Tujuan utama teleskop ini adalah untuk menembus horizon yang sangat jauh dengan presisi yang sangat-sangat baik, di daerah panjang gelombang dekat inframerah. Raksasa yang tersusun dari matriks-matriks cermin kecil tipis serupa Keck ini dirancang sedemikian rupa, sehingga dengan eksposure yang cukup menggunakan AO, akan memberikan resolusi spasial sepuluh kali dari Hubble!
Cermin utama TMT dengan f/1 dilengkapi dengan cermin sekunder Gregorian yang cembung secara aktif (bisa berubah bentuk) mengoreksi aberasi yang sangat kecil akibat cermin yang melengkung. Cermin ketiga dipergunakan untuk mengarahkan pancaran cahaya yang terkoreksi supaya berkesesuaian dengan posisi instrumen di dudukan yang stabil sepanjang sumbu lintang struktur raksasa tersebut. Teleskop ini dibangun dengan biaya mencapai US$1 milyar, dan bisa dilihat di www.tmt.org.
Yang paling akhir adalah European Extremely Large Telescope (E-ELT). Teleskop ini memiliki cermin yang super-super raksasa seukuran 42 meter, tersusun dari 906 segmen heksagonal. Konsepnya merupakan kombinasi dari kontribusi lebih dari 100 astronom di ESO (European Southern Observatory), dan merupakan turunan dari konsep sebelumnya, dengan elemen dasar yang merupakan 100 meter OWL (OverWhelmingly Large) dan proyek Euro50 telescope.
Cermin-cermin lain pada jalur cahaya E-ELT akan diperbesar. Cermin kedua seukuran 6 meter itu merupakan cermin yang terbesar pada cermin-cermin utama saat ini. Cermin ketiga seukuran 4,2 meter akan menyalurkan kembali pancaran cahaya melalui sistem AO yang juga menyertakan cermin aktif 2,5 meter (memiliki 5000 actuator yang mengubah-ubah bentuk 1000 kali per detik), dan cermin lain seukuran 2,7 meter sebagai koreksi tingkat akhir.
Situs tempat mata monster ini dipasang akan ditentukan di akhir tahun 2008 (juga untuk TMT), dan “test pertama” akan dilakukan tahun 2017. Ketika terpasang di tempat yang tinggi dan kering, E-ELT akan menganga dan melahap foton jauh lebih banyak dari godzilla-godzilla lain yang pernah ada. Teleskop ini membutuhkan anggaran mencapai US$1,2 milyar dan bisa dilihat di www.eso-org/public/astronomy/project/e-elt.
Kredit Gambar : Onversity

Melongok Ke Halaman Rumah Sendiri

Tentu saja proyek dengan anggaran yang membumbung tinggi ke langit tersebut sulit dipenuhi oleh grup-grup yang sendirian, sehingga pembangunannya merupakan kongsi atau gabungan dari berbagai grup. Tetapi, bukan berarti teleskop-teleskop seukuran gajah tidak bisa dimiliki oleh grup-grup tersendiri, atau oleh suatu negara. Bagaimana dengan Indonesia? Di Observatorium Bosscha masih dapat ditemukan teleskop-teleskop berukuran besar, walaupun bukanlah godzilla, tetapi ukurannya yang sebesar gajah merupakan aset astronomi di Indonesia yang tidak terkira. Sebut saja refraktor ganda Zeiss yang menjadi maskot Observatorium Bosscha, atau refraktor Schmidt Bima-Sakti yang merupakan teleskop dengan mata terbesar di kompleks, berdiameter sekitar 60 cm. Tetapi, untuk wilayah Asia-Tenggara, Indonesia harus bersiap-siap tertinggal dalam pengembangan observatorium. Mengapa demikian? Jawabannya adalah karena beroperasinya Observatorium Nasional Langkawi yang bersistem robotik dengan diameter teleskop 50 cm. Ironisnya, yang membangun observatorium itu adalah putra Indonesia kelahiran Bandung (Mohamad Ridwan Hidayat, M.Sc). Thailand pun sudah tancap gas denga pembangunan teleskop seukuran 2,4 meter! Teleskop berbiaya US$ 40 juta ini merupakan kado ulang tahun ke-80 Raja Thailand, Raja Bhumibol. Teleskop ini diharapkan akan membuka matanya untuk pertama kali di bulan Maret tahun 2009.

Ketika negara-negara tetangga sedang bergiat untuk membuka mata mereka lebar-lebar ke langit dan mengagumi keindahan karya Sang Pencipta, lalu bagaimana dengan Indonesia?

apakah matahari makin aktif tahun 2012???

Apakah diantara kalian ada yang sudah menonton Knowing? Tentunya kita tidak sedang membahas film itu, tetapi, ada pelajaran yang bisa dipetik dari situ. Apabila kita perhatikan, film tersebut menggambarkan bagaimana dinamika Matahari mempengaruhi planet Bumi dan semua kehidupan di dalamnya.
Seperti makhluk hidup, Matahari mempunyai suatu pola yang menyerupai kehidupan, disebut sebagai siklus Matahari. Hal tersebut ditandai dengan teramatinya bintik pada permukaan Matahari yang muncul dengan pola yang periodik. Semenjak Galileo mulai mengamati langit dengan teleskop, maka pengamatan pada Matahari menunjukkan adanya noktah hitam pada Matahari, yang kemudian dinamai sebagai bintik Matahari.
Pada pertengahan 1800-an, seorang astronom Jerman, Heinrich Schwabe menemukan adanya pola kemunculan bintik Matahari tersebut, dan disebut sebagai siklus bintik Matahari, dan siklus bintik Matahari tersebut yang kemudian dikenal saat ini sebagai siklus Matahari. Bintik Mataharitersebut adalah pulau-pulau magnetik pada permukaan Matahari, dan merupakan sumber dari berbagai aktivitas Matahari, dengan ukuran bisa melebihi ukuran sebuah planet, dan bintik Matahari selalu berubah, dari muncul, membesar dan akhirnya menghilang.
Mengikuti pola normal, maka pada masa sekarang kita akan memasuki siklus 24 dari siklus Matahari yang tercatat:
Prediksi bintik Matahari. Kredit: NASA
Prediksi bintik Matahari. Kredit: NASA
Tetapi, ternyata sampai saat ini, ada kecenderungan bahwa kita masih berada pada fase yang sangat tenang dari Matahari. Apakah yang sebenarnya yang terjadi? Telah banyak penelitian dilakukan untuk memberikan jawab tentang siklus 24,
Seperti gambar yang dikenal sebagai ‘Piano Plot’ tersebut, yang menggambarkan berbagai studi tentang siklus 24 Matahari, sumbu-x menggambarkan berbagai riset dengan warna menggambarkan model yang dipergunakan, sementara sumbu-y menggambarkan bilangan sunspot rerata-tahunan untuk siklus 24.
Semua kemungkinan tersebut adalah hasil dari berbagai penelitian yang berakar dari satu permasalahan: Manusia masih belum benar-benar memahami proses fisis dari siklus bintik Matahari.
Jadi kalau sudah begini, apakah memang pada 2012 pasti terjadi maksimum Matahari? Semuanya adalah wacana ilmiah yang masih harus dipelajari dan dibuktikan.

gimana cara kita menentukan umur bintang?

Bagi kebanyakan orang, bila kita melihat bintang di langit, tentunya kita mendapatkan bahwa semua bintang hampirlah serupa satu sama lain, yaitu bola gas yang berpijar kemerlap. Pertanyaannya adalah, bagaimanakah kita tahu berapa usia bintang itu?

NGC 6811 yang diukur laju rotasi bintang-bintangnya dan hasilnya digunakan untuk mengkonfirmasi gyrochronology, metode baru penentuan usia bintang. Kredit : Anthony Ayiomamitis


Belum lama ini, astronom telah mendapatkan sebuah metode untuk menentukan usia bintang secara akurat dari mengamati bagaimana bintang itu berotasi. Bagaikan sebuah gasing yang diputar di atas meja, maka seberapa cepat atau lambat bintang itu berotasi dapat menjadi penentu waktu berapakah usia sebuah bintang. Hal tersebut disampaikan oleh astronom bernama Soren Meibom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics pada pertemuan American Astronomical Society ke 218.
Mengapa para astronom perlu memahami usia sebuah bintang? Kajian usia bintang mempunyai peran yang sangat penting pada berbagai studi di astronomi, secara khusus tentunya bagi pencarian planet-planet di luar Tata Surya, mempelajari bagaimana pembentukannya, perkembangannya, dan mengapa setiap sistem keplanetan yang telah ditemukan begitu unik satu dengan yang lainnya. Dengan mengetahui usia bintang, maka kita dapat menentukan usia planet-planetnya, serta apakah mungkin ada kehidupan yang sempat tumbuh di luar sana. Semakin tua usia planet, semakin besar kemungkinan kehidupan terbentuk, karena sebagaimana yang telah diketahui sistem keplanetan yang berada pada sebuah bintang biasanya terbentuk bersamaan dengan kelahiran bintang itu sendiri.
Mengetahui usia bintang cenderung mudah untuk ditentukan apabila bintang yang akan diukur itu berada di dalam sebuah sistem gugus bintang. Adalah pengetahuan dasar bagi astronomi untuk mendapatkan hubungan warna dan kecerlangan bintang-bintang di dalam gugus guna menentukan usia gugus, akan tetapi kondisinya akan menjadi sangat sulit apabila bintang yang akan ditentukan usianya tidak berada dalam satu sistem gugus. Sebagaimana bintang-bintang yang telah ditemukan mempunyai sistem keplanetan, kebanyakan tidak berada di dalam gugus, sehingga menentukan usianya menjadi tantangan tersendiri dalam studi astronomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Meibon dkk mempergunakan pengamatan dari wahana Kepler, dengan melakukan pengukuran rasio rotasi pada sebuah gugus berusia 1 milyar tahun yang disebut sebagai NGC 6811. Nilai ini hampir mencapai dua kali lipat dari penelitian sebelumnya, dan usia sekitar itu masih dikatakan penyelidikan pada gugus muda.
Penelitian ini memberi pemahaman baru pada hubungan rasio rotasi bintang dengan usianya. Jika kesahihan hubungan rotasi bintang dan usia dapat diperoleh, maka pengukuran periode rotasi bintang dari setiap bintang dapat dipergunakan untuk menentukan usianya – sebuah teknik yang disebut sebagai gyrochronology – tetapi hal ini tidak serta merta dapat dipergunakan.
Sebagaimana sistem waktu di Bumi yang memerlukan standar, maka sistem penentuan waktu (usia) tersebut harus dapat dikalibrasikan kepada sebuah standar. Sebagaimana kita di Bumi menyatakan bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari, dst, maka agar dapat mendapat kesesuaian waktu, harus dapat diperoleh sebuah kestandaran.
Untuk itu, maka langkah pertama yang para peneliti itu lakukan adalah memulai dari pengukuran sebuah sistem gugus yang telah diketahui usianya. Dengan mengukur rotasi pada bintang-bintang anggota gugus, dapat dipelajari rasio putaran bintang-bintangnya untuk menentukan usia-usianya. Pengukuran rotasi bintang anggota gugus pada usia yang berbeda dapat menghubungkan antara putaran dan usianya.
Untuk dapat mengukur putaran bintang, astronom harus mendapatkan perubahan kecerlangan bintang akibat adanya bintik bintang pada permukaan bintang, sebagaimana bintik Matahari pada permukaan Matahari. Bila ada bintik terbentuk pada permukaan dan berada pada arah ke pengamat, maka bintang akan mengalami sedikit peredupan, sampai ketika bintik itu menghilang, dan bintang kembali sedikit lebih cerlang. Dengan menentukan berapa lama bintik itu berotasi pad apermukaan bintang, maka dapat ditentukan berapa cepat bintang yang diamati berpusing.
Tentunya perubahan kecerlangan bintang akibat bintik adalah sangat-sangat kecil, lebih kecil dari satu persen dan menjadi lebih kecil lagi pada bintang yang lebih tua. Dengan demikian pengukuran rotasi bintang pada bintang-bintang yang lebih tua dari setengah milyar tahun tidak dapat dilakukan dari permukaan Bumi dikarenakan gangguan atmosfer Bumi. Tetapi permasalah itu saat ini telah dapat diatasi mempergunakan pengamatan wahana Kepler, karena wahana itu telah dirancang guna mengukur kecerlangan bintang dengan sangat presisi guna penentuan adanya sistem keplanetan pada bintang-bintang.
Tentunya menentukan hubungan usia-rotasi pada kasus NGC 6811 ini bukanlah pekerjaan mudah bagi Meibom dkk karena mereka telah menghabiskan waktu empat tahun menentukan bintang-bintang anggota gugus atau kebetulan bintang lain yang berada pada arah pandang yang sama. Hal ini dilakukan mempergunakan peralatan yang disebut Hectochelle yang terpasang pada teleskop MMT di Mt. Hopkins Arizona selatan. Alat Hectochelle dapat mengamati 240 bintang secara bersamaan, dan dengan demikian telah mengamati sekitar 7000 bintang selama empat tahun pengamatannya. Setelah mengetahui bintang-bintang yang merupakan anggota gugus, maka selanjutnya data dari Kepler dipergunakan untuk menentukan seberapa cepat bintang-bintang itu berputar.
Mereka menemukan periode rotasi antara 1 sampai 11 hari (yang lebih panas dan masif berputar lebih cepat), dibanding dengan Matahari yang rasio putarannya hanya 30 hari. Yang paling penting dari temuan mereka adalah adanya hubungan massa bintang dengan rasio rotasi dengan sebaran data yang kecil. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa gyrochronology adalah metode baru yang dapat dipergunakan untuk mempelajari usia sebuah bintang.
Tim Meibom saat ini berencana untuk mempelajari sistem gugus yang lebih tua guna mengkalibrasi penentu waktu bintang mereka. Ini tentunya merupakan langkah yang lebih sulit karena bintang yang lebih tua berputar lebih lambat dan memiliki lebih sedikit bintik-bintik, yang artinya perubahan kecerlangannya akan sangat-sangat kecil.
Pekerjaan Meibom dkk itu telah menjadi sebuah lompatan dalam pemahaman pada bagaimanakah bintang-bintang di langit (termasuk Matahari) bekerja, demikian juga pada pada pemahaman sistem keplanetan di bintang-bintang yang jauh.

Selasa, 15 November 2011

bukti kalo manusia pertama pergi ke bulan dengan apollo 11

hai astro lovers....
ada nggak dari kalian yang nggak percaya kalo neil amstrong udah pergi ke bulan?
oalah...ternyata dia bener bener pergi ke bulan
mau minta buktinya?
yuk kita liat...

1.sabuk van allen
 Sabuk Van Allen pertama kali ditemukan oleh James Van Allen pada tahun 1958. Sabuk itu terdiri dari partikel dan radiasi kosmik yang tertangkap oleh medan magnetik bumi.
 Menurut para pendukung teori konspirasi, tidak akan mungkin melintasi sabuk radiasi itu. Namun data menunjukkan lain. NASA telah memperhitungkan semuanya sebelum menerbangkan manusia ke bulan. Mereka menginvestasikan waktu dan uang yang tidak sedikit untuk meneliti risiko ini. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa radiasi itu hanya membawa risiko minimal. Butuh waktu sekitar satu jam bagi Apollo untuk melewati sabuk radiasi itu. Total dosis radiasi yang diterima para astronot akibat radiasi itu ternyata hanya 1 rem. Seseorang dapat mengalami sakit apabila mendapat dosis 100-200 rem dan kematian pada dosis diatas 300 rem.
 Lagipula sabuk itu terbentang di 40 derajat Latitude dan 20 derajat diatas dan dibawah equator magnetik. Sedangkan Wahana yang membawa Apollo hanya bergerak pada posisi 30 derajat. Jadi para astronot hanya terekspose dengan radiasi minimal.
2.bintang-bintang di angkasa
 para astronot tidak ke bulan untuk mengambil foto bintang-bintang. Karena itu kamera disetel dengan eksposure yang pendek untuk menghindari gambar-gambar yang over ekspose. Permukaan bulan yang terang juga mengharuskan kamera disetel seperti itu. Dengan setelan seperti itu, bintang-bintang tidak akan dapat tertangkap kamera. Namun, permukaan bulan akan tertangkap dengan jelas.
 3.Bayangan yang mengarah ke arah yang berbeda-beda
  Permukaan bulan ditutupi oleh kawah, batu-batuan dan gundukan-gundukan, bukan permukaan yang rata. Karena itu cahaya yang menyentuh permukaan yang tidak rata itu akan terlihat membelok ke segala arah, tergantung kondisi permukaannya. Jika permukaannya naik, maka bayangan akan terlihat lebih pendek, jika permukaannya menurun, maka bayangannya akan memanjang. Jika kita memotretnya dari arah atas, tegak lurus, maka bayangannya akan terlihat mengarah ke arah yang sama. Namun karena foto diambil bukan dari atas, maka bayangannya akan terlihat menuju ke arah yang berbeda-beda.Lagipula Jika NASA memalsukannya dengan membuat rekaman di studio yang memiliki lebih dari satu sumber cahaya (lampu studio), maka bayangan satu objek akan muncul lebih dari satu.
4.jejak kaki buzz aldrin
Debu bulan terdiri dari partikel-partikel yang terbentuk dari tabrakan-tabrakan dengan asteroid dan mikrometeorit. Setiap partikel membentuk debu yang memiliki permukaan kasar dan bergerigi. Ini menyebabkan jejak kaki dapat terbentuk dengan baik tanpa air. Lagipula, sebagian besar permukaan bulan terdiri dari silika, materi unik yang dapat lengket satu sama lain dan membentuk rantai molekular panjang. Di bumi, Jejak seperti itu tidak dapat tercipta karena ada proses oksidasi, dimana oksigen akan segera mengisi serpihan rantai molekular, namun di bulan, tidak ada oksigen sehingga jejak kaki yang sempurna dapat tercipta. 
Mengenai berat dan gravitasi, memang berat di bulan akan menjadi 1/6 berat di bumi. Tapi kita tahu bahwa MASSA selalu sama dimanapun di seluruh jagad (Rumus Newton, weight = mass x gravity). Inilah yang menyebabkan Aldrin dapat membuat jejak seperti itu.
5.bendera yang berkibar
NASA telah memikirkannya. Mereka menginginkan sebuah foto yang heroik dengan bendera Amerika yang terlihat dengan jelas, jadi mereka memasang sebuah pipa horizontal kecil di atas tiang. Hal ini menyebabkan tiang bendera tersebut berbentuk huruf L terbalik. Bendera itu tertahan oleh pipa horizontal dan kerutan pada bendera menciptakan efek berkibar. 
Coba lihat foto yang ada dibawah. Foto pertama menunjukkan tangan Aldrin yang sedang memberi hormat terhadap bendera Amerika. Anda bisa melihat ujung jarinya menyembul sedikit di depan helmnya. Pada foto kedua, tangannya sudah diturunkan. Sembulan di depan helm sudah tidak terlihat. Tapi posisi bendera dan kerutannya sama. Itu artinya bendera tidak berkibar.
 6. Kawah yang diakibatkan oleh Wahana NASA
 karena Aktifitas Lunar Lander kebanyakan terjadi sebelum pendaratan di bulan. Ribuan kaki diatas permukaan bulan, Lunar Lander mengurangi kekuatan semburannya hingga hanya tinggal 3.000 pounds. Kekuatannya dikurangkan lagi ketika tinggal beberapa kaki diatas permukaan bulan. Jadi kawah tidak mungkin terbentuk di permukaan bulan. Lagipula permukaan bulan bukan hanya terdiri dari debu saja, melainkan materi-materi keras yang disebut Lunar Regolith. Jadi tentu saja tidak akan ada kawah yang terbentuk.
7.latar belakang yang sama
Ini adalah sebuah kesalahan yang dilakukan oleh pemercaya teori konspirasi. Mereka mengambil klip tersebut dari film dokumenter yang ditayangkan di TV. Film dokumenter tersebut ternyata menggunakan klip yang salah. Kesalahan ini ditayangkan di TV dan klipnya diambil oleh para pemercaya teori konspirasi.
8. Batu dengan huruf "C" diatasnya
 Huruf C itu adalah akibat sehelai rambut yang tersangkut di kertas ketika foto itu diproses. Foto sama yang diproses berikutnya tidak menunjukkan huruf itu. Para pemercaya teori konspirasi mengambil foto ini dan menjadikannya senjata untuk menyerang NASA.
9.  Crosshair yang menghilang di foto
 Cross hair adalah tanda plus yang biasa terlihat di lensa kamera atau video untuk menunjukkan posisi tengah. Beberapa foto yang menunjukkan crosshair menghilang di belakang benda dapat dijawab dengan mudah. Jawabannya adalah resolusi kamera. Pencahayaan yang intens dengan resolusi kamera yang rendah menyebabkan crosshair menghilang ketika menyentuh benda terang. Ini adalah gejala umum dalam teknik fotografi. Foto NASA yang diproses dengan resolusi tinggi, tentu saja crosshair-nya tidak menghilang.
10.Objek yang seharusnya terlihat gelap
 Karena permukaan bulan memantulkan cahaya dan cahaya ini memberikan penerangan tambahan terhadap objek. Diperkirakan permukaan bulan merefleksi cahaya sebesar 340 lumens per kaki persegi. Ini ekivalen dengan lampu pijar seterang 35 watt. Cahaya ini akan merefleksi kepada hasil pemotretan.
 Selain jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas, ada argumen-argumen lain yang mendukung kebenaran pendaratan di bulan. Misalnya, NASA tidak hanya sekali mengirimkan manusia ke bulan. NASA mengirim Apollo 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 menuju bulan. Apollo 13 gagal mendarat namun berhasil pulang dengan selamat (mungkin anda sudah pernah melihat filmnya). Apabila NASA memalsukan pendaratan Apollo 11, mengapa mereka harus mengirim misi lagi hingga Apollo 17. Padahal setelah Apollo 11, ketertarikan manusia terhadap bulan sudah berkurang jauh. Banyak orang yang percaya Moonhoax theory mengatakan mengapa setelah Neil Armstrong tidak ada lagi pendaratan ke bulan. Ini adalah pernyataan yang menyesatkan. Sesungguhnya Total astronot yang mendarat dan berjalan kaki di bulan ada 12 astronot (2 astronot untuk masing-masing Apollo). Setelah 1972 tidak ada lagi misi ke bulan karena Amerika mengalami beberapa kali resesi yang menyebabkan anggaran NASA dipotong oleh pemerintah Amerika.

Selain itu, para astronot membawa sampel batu bulan seberat 382 kilogram dengan lebih dari 2.000 sampel yang terpisah. Sampel-sampel itu saat ini diteliti oleh para ilmuwan diseluruh dunia. Adalah mustahil NASA mampu membuat batu bulan tiruan mengingat batu bulan memiliki karakteristik unik dimana ia terbentuk di lingkungan tanpa oksigen. Hingga saat ini, hanya ada 25 sampel meteorit bulan yang dimiliki (diluar 382 kg sampel yang dibawa pulang astronot). Dan batu tersebut telah dibandingkan dan ternyata memiliki karakteristik yang sama.

Pada saat peluncuran misi Apollo 11, ada sekitar 3.500 wartawan dari seluruh dunia di Kennedy Space Center yang mengikuti proses peluncuran hingga pendaratan di bulan hingga kembali ke bumi, bagaimana cara NASA menipu wartawan sebanyak itu ? Lagipula, lebih dari 400.000 karyawan bekerja pada proyek Apollo 11 hampir 10 tahun. Bagaimana NASA menipu karyawan sebanyak itu ? atau bagaimana NASA bisa mengajak 400.000 orang itu untuk berkomplot memalsukan pendaratan di bulan ?

Sesungguhnya teori-teori konspirasi yang tersebar di seluruh dunia hanyalah akibat ulah satu orang, Bill Kaysing. Dan entah mengapa, situs dan blog diseluruh dunia tidak pernah melirik jawaban-jawaban dari NASA atau ilmuwan-ilmuwan independen yang membela pendaratan tersebut.


sabuk van allen yang di temukan oleh James Van Allen tahun 1958
bintang yang tidak tertangkap oleh kamera
bayangannya mengarah ke mana-mana
jejak kakinya buzz aldrin
saat buzz aldrin memberi hormat,tampak bendera masih berkibar
foto ini setelah 6 detik.tampak bendera yang sudah tidak berkibar lagi.walau keliatannya masih seperti berkibar
background yang keliatan sama
di batu keliatan ada huruf "c"
crosshair yang menghilang.padahal kalau di perhatikan baik-baik,kelihatan jelas kok
neil amstrong yang terlihat jelas sedang ada di belakang pesawat.
batuan yang di ambil oleh neil amstrong sebagai oleh-oleh dari bulan.