Dia hanya nampak sebagai titik cahaya redup yang bergerak sangat cepat di latar depan bintang-bintang. Sebagian dari kita, bila kebetulan menyaksikannya, mungkin akan menganggapnya hanyalah meteor, ndaru, benda pusaka terbang atau hal-hal mistis lainnya. Namun sejatinya dia adalah Fobos-Grunt, wahana antariksa yang berpotensi menjadi sampah antariksa baru. Andaikata tak ada yang bisa dilakukan para operator pengendalinya hingga 21 November 2011 mendatang, maka Fobos-Grunt akan benar-benar jadi sampah antariksa dan bakal jatuh sekitar 26 November 2011 mendatang. Dan jangan kaget, Indonesia menjadi salah satu kawasan yang diprediksi berpotensi menjadi lokasi jatuhnya wahana antariksa bermasalah ini.
Bermasalah? Ya. Misi antariksa Fobos-Grunt yang digawangi badan antariksa Rusia (Roscosmos) salah satunya bertujuan mempertahankan supremasi Rusia di angkasa khususnya dalam misi antarplanet. Betapa tidak, untuk urusan misi ke Mars saja, sudah lebih dari 20 tahun Rusia (sejak masih bernama Uni Soviet) terpaksa bertekuk lutut dikangkangi NASA. Pada tahun 1988 misalnya, misi antariksa Phobos-2 yang sudah hampir sampai ke Phobos, salah satu satelit alami Mars , mendadak mati tanpa sebab jelas. Nestapa berulang di tahun 1996 saat misi antariksa Mars-96 yang ambisius justru jatuh tercebur di Samudera Pasifik pasca peluncuran yang bermasalah. Mars-96 bikin repot banyak pihak karena membawa generator radioaktif pemasok listrik. Sebaliknya di belahan dunia yang lain, NASA berpesta-pora dengan keberhasilan misi-misi antariksa Mars Pathfinder dengan rover Sojourner-nya, Mars Global Surveyor, Mars Odyssey, Mars Reconaissance Orbiter dan terakhir Mars Exploration Rovers yang masih aktif hingga kini. Meski pada periode yang sama NASA pun kehilangan Mars Observer di tahun 1993 serta Mars Climate Observer dan Mars Polar Lander di tahun 1999.
Berbeda dengan NASA yang lebih suka mengirim satelit pemantau Mars atau robot penjelajah untuk analisis in-situ (analisis di lokasi), Fobos-Grunt dirancang sebagai kelanjutan Luna, misi antariksa kebanggaan Rusia yang berhasil membawa pulang sampel tanah dan batuan Bulan tanpa mengirim manusia ke sana. Fobos-Grunt akan didaratkan di permukaan Phobos, mengambil hingga 200 gram sampel tanah/batuannya untuk kemudian dikirim kembali ke Bumi. Fobos-Grunt juga akan menyelidiki bagaimana lingkungan dan atmosfer Mars bila diamati dari salah satu satelitnya. Dan yang paling kontroversial, Fobos-Grunt juga akan mengevaluasi apa yang terjadi dalam perjalanan antariksa jangka panjang (3 tahun) terhadap kehidupan bakteri-bakteri yang hidup di lingkungan ekstrem (ekstemofil). Inilah yang membuat Fobos-Grunt menerima kritik keras dari berbagai penjuru, sebab tak ada jaminan wahana antariksa ini bisa mendarat dengan aman di Phobos. Jika terjadi pendaratan keras, sehingga semuanya rusak, maka bila kapsul berisi bakteri tersebut bocor, terjadilah pencemaran mikrobial di Phobos dan ini melanggar perjanjian antariksa yang disepakati AS-Rusia. Kemungkinan ini bukannya mustahil, sebab tatkala terjadi tragedi pesawat ulang-alik Columbia (yang hancur di atmosfer dalam perjalanan pulangnya), ternyata sejumlah ekstremofil yang dibawanya tetap bertahan hidup meski menderita paparan suhu tinggi.
Namun Fobos-Grunt maju terus. Peluncuran pun dilaksanakan dari kosmodrom Baikonur (Kazakhstan) menggunakan roket Zenit-2SB pada 8 November 2011 lalu. Bersamanya diluncurkan pula wahana antariksa Yinghuo-1 milik Cina, yang bakal menjadi satelit pengorbit Mars pertama milik negara tirai bambu itu. Usai peluncuran, Fobos-Grunt dan Yinghuo-1 dijadwalkan akan menempati orbit sementara (parking orbit) guna menyesuaikan diri, untuk kemudian roket tingkat-atas Fregat pun dinyalakan yang akan mendorongnya keluar dari pengaruh gravitasi Bumi dan memulai perjalanan antar planet. Fobos-Grunt dijadwalkan tiba di tujuan pada Februari 2013, sementara sampel tanah/batuan Phobos dan kapsul berisi bakteri ekstremofil dijadwalkan bakal kembali ke Bumi pada Agustus 2014.
Faktanya, Fobos-Grunt ternyata tak pernah bisa keluar dari pengaruh gravitasi Bumi. Segera setelah roket Zenit-2SB menempatkannya di orbit sementara yang memiliki perigee 207 km dan apogee 347 km dengan inklinasi 51 derajat, Fobos-Grunt ternyata masih tetap berada di orbit yang sama hingga sekarang. Rupa-rupanya roket pendorong Fregat macet, sehingga orbit sementara kedua yang seharusnya ditempatinya yakni dengan perigee 250 km dan apogee 4.710 km, tak pernah dicapai. Para teknisi Roscosmos masih berjuang keras agar bisa menyalakan Fregat atau mengalihfungsikan Fobos-Grunt menjadi satelit pengorbit Bumi. Namun hingga 13 November 2011 para pengendali misi tidak berhasil membuat kontak radio dengan wahana antariksa ini. Kerja keras itu hanya dibatasi hingga 21 November 2011, selepas itu situasi yang lebih buruk akan terjadi.
Macetnya Fobos-Grunt tak sekedar memperpanjang nestapa Rusia akan misi antariksa ke Mars sejak 1998. Sebab wahana antariksa berbobot 13,2 ton ini juga membawa 8,3 ton bahan sangat beracun yakni hidrazin dan nitrogen tetroksida. Keduanya adalah bahan hipergolik, yakni substansi yang akan menyala sendiri saat saling bercampur dan selama ini dikenal sebagai bahan bakar roket yang andal. Meskipun sejumlah pihak beranggapan seluruh hidazin dan nitrogen tetroksida itu akan menguap habis tatkala Fobos-Grunt terbakar di atmosfer dalam kejatuhannya, tetap terdapat kekhawatiran. Karena ada kemungkinan keduanya membeku sebelum Fobos-Grunt jatuh, sehingga tatkala terbakar di atmosfer, ada bagian yang tersisa dari hidrazin dan nitrogen tetroksida ini sehingga dapat terdispersi di Bumi.
Dan yang mencemaskan, pada 26 November 2011 mendatang, Fobos-Grunt diestimasikan melintas di wilayah Indonesia. Sehingga negeri ini menjadi salah satu kawasan yang berpotensi kejatuhan wahana antarika bermasalah yang membawa bahan sangat beracun ini.
0 komentar:
Posting Komentar